Quantcast
Channel: Mande Blog
Viewing all 96 articles
Browse latest View live

Apa itu Flow Quantity Assurance (FQA) ?

$
0
0

Scope FQA

Sejarah Singkat ?

SKK Migas memiliki fungsi mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang dilakukan oleh KKKS.

Untuk menjalankan fungsi terkait usaha hulu minyak dan gas bumi tersebut, terutama mengenai pengawasan operasional di lapangan yang terbagi atas penemuan cadangan (finding), pengembangan lapangan (development) dan produksi (lifting), SKK Migas memerlukan suatu sistem yang memadai.

Oleh karena itu, SKK Migas mengembangkan sistem informasi untuk menunjang integrasi dan pengelolaan data terkait kegiatan operasional KKKS, yaitu Sistem Operasi Terpadu (SOT).

Implementasi SOT meliputi, a.l.:

  1. Production Monitoring (PM)
  2. POD (Plan of Development);
  3. EP (Exploration and Production) Management;
  4. WP&B (Work Program and Budget) seluruh KKKS;
  5. AFE (Authorization For Expendeture) seluruh KKKS;
  6. Procurement and Monitoring;
  7. Project Management;
  8. Asset Management;
  9. Drilling;
  10. SKMIGAS HCA (Hydrocarbon Accounting);
  11. Vessel Tracking;
  12. Manajemen Kontrak (PSC);
  13. Manajemen Risiko dan Perpajakan (ERM = Enterprise Risk Management);
  14. FQR (Financial Quarterly Report);
  15. Sumber Daya Manusia KKKS
  16. CCTV

Apa itu FQA & SOT-PM ?

SOT merupakan sistem dengan arsitektur yang dirancang untuk :

Pengintegrasian pengelolaan & pengolahan data informasi, proses pelaporan dan informasi data dari KKKS yang dilakukan secara terotomatisasi

Sistem Operasi Terpadu (SOT) adalah meliputi hardware software dan sistem tata kelola operasi produksi hulu migas.

SOT tahap awal diimplementasi oleh SKK Migas untuk production monitoring.

SOT menerapkan PRODML Energetics yaitu family XML khusus dikembangkan utk pelaporan operasi produksi lifting hulu migas.

KKKS yg sudah berproduksi wajib menerapkan SOT untuk transparansi dan akuntabilitas.

Adapun untuk mewujudkan “reasonable assurance” pada “assersi kuantitas” maka KKKS perlu menerapkan suatu Sistem Manajemen Asersi Arus Minyak dan Gas Bumi yang biasa disebut dengan “Flow Quantity Assurance (FQA)”.

Apa tujuan implementasi FQA ?

Penerapan Sistem Operasi Terpadu (SOT)-PM & Flow Quantity Assurance (FQA) di KKKS adalah agar tercapainya suatu mekanisme kepastian kuantitas yang memadai untuk pengendalian maupun pemeriksaan kegiatan eksploitasi hulu minyak dan gas bumi berbasis laporan operasi produksi agar amanat konstitusi UUD 1945 Bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 Ayat 3 – dapat dicapai secara sistematis.

Sistem Manajemen Pemastian Aliran Minyak & Gas adalah untuk mewujudkan operasi produksi Hulu Migas yang Transparan, Akuntabel, Auditable, Excellent serta menghindari Unaccounted Quantity.

Referensi Hukum & Teknis

  • Panduan Pemeriksaan dan Penilaian Akuntabilitas Operasi Produksi Hulu Migas, Direktorat Penelitian dan Pengembangan – KPK
  • Surat Keputusan SKMIGAS Nomor: KEP-0009./SKO0000/2013/S0 Tentang Pedoman Tata Kerja Sistem Operasi Terpadu (SOT)
  • Surat Keputusan SKMIGAS Nomor: KEP-0008./SKO0000/2013/S0 Tentang Pedoman Tata Kerja Pengelolaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama
  • Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Produksi dan Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi (PUPO P2AM)
  • ISO 15926 – Industrial automation systems and integration & PRODML Energistics
  • API Standard 2540 – Manual of Petroleoum Measurement Standards, API 2545, etc.
  • ASTM : D.1085, D.1250, D.1298 , etc.
  • Dokumen lain yang relevan

Definisi

Transparansi data migas adalah tersedianya seluruh informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mengambil keputusan, sesuai dengan kapasitasnya. Setelah informasi tersebut tersedia lengkap dan utuh, akses informasi secara online dan kontinyu dari antara Pemerintah dan Operator Asset Migas (pelaku bisnis hulu migas) perlu dipastikan bebas dari hambatan.

Akuntabilitas data migas perlu dipahami sebagai tingkat integritas informasi/data, sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang memadai guna memastikan stakeholder mengambil keputusan berdasarkan informasi/data yang benar.

Bagaimana cara memulai setup FQA ?

Untuk mulai implementasi flow quantity assurance dapat diawali dengan melakukan “Gap Assessment/Gap Analisa” dan membuat “Action Log”.

Dilanjutkan dengan a.l. :

  • Membuat dokumen PFM
  • Mengembangkan Governance / dokumentasi sistem tata kelola / dokumentasi sistem manajemen assersi alir – yang terdiri : policy/kebijakan, pedoman, prosedur (SOP/WI), RACI, authority delegation, Etc.),
  • Menyediakan infrastruktur IT – (hardware /software, repository system/database)
  • Menyediakan alat ukur (Field Instrument & Alat2 untuk Analisa Laboratorium),
  • Menyiapkan personil yang memiliki kompetensi sesuai,
  • Dsb sesuai gap assessmen / analisa gap & action log.

Scope implementasi FQA ?

Kegiatan eksploitasi hulu migas pada dasarnya adalah aktifitas untuk mengalirkan dan mengondisikan kuantitas material hidrokarbon dari reservoir ke CTP.

Oleh karena itu, kuantitas yang ingin dijaga kepastiannya adalah kuantitas material yang dapat dimonetisasi.

Selain itu, material yang dapat dipastikan kuantitasnya hanya kuantitas material yang berada di dalam sistem alir saja.

Apa itu “Product Flow Model (PFM)” ?

Seperti diketahui di awal implementasi sistem manajemen

  • QMS ISO9001 dilakukan pembuatan Business Process Model & Risk Management,
  • OHSAS18001 diawali pembuatan HIRA,
  • EMS ISO14001 diawali pembuatan aspect impact

Maka diawal implementasi flow quantity assurance Anda perlu membuat “Product Flow Model (PFM)”.

  • PFM dibuat mengikuti standard ISO 15926 & PRODML Energetics.
  • PFM terdiri flow model diagram & tabel kuantifier (metadata/model parameter)
  • PFM disusun sesuai asset KKKS, business process dan mapping laporan produksi (Routine Production Statement / RPS).

Checklist FQA  ?

Penilaian tingkat implementasi quantity assurance ini diperiksa dengan “Capability Maturity Model Integration (CMMI)” yang diadopsi dari Carnegie Mellon Univ. yakni terdiri 5 maturity level. Adapun checklist FQA ini terdiri 71 butir assurance control.


BAGAIMANA CARA PEMBUATAN PRODUCT FLOW MODEL (PFM) UNTUK SOT & FQA ?

$
0
0

Picture7.png

LATAR BELAKANG

SOT & FQA merupakan salah satu program strategis pencegahan fraud (kecurangan) dan korupsi.

SOT & FQA juga diperlukan untuk tersedianya data mendukung analisis dan pengambilan kebijakan strategis bidang industri migas.

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang telah memulai proses produksi wajib menerapkan SOT & FQA.

TUJUAN

Perusahaan menerapkan sistem manajemen asersi arus minyak dan gas bertujuan untuk meyakinkan bahwa Perusahaan (KKKS) mempunyai kemampuan teknis dalam menghasilkan data, laporan dan asersi (pernyataan kuantitas) yang absah, valid, akurat dan handal.

LINGKUP

Kegiatan eksploitasi hulu migas pada dasarnya adalah aktivitas untuk mengalirkan dan mengkondisikan kuantitas material hidrokarbon dari cadangan (reservoir) ke – titik serah terima (Custody Transfer Point / CTP).

Oleh karena itu, kuantitas yang ingin dijaga kepastiannya adalah kuantitas material yang dapat dimonetisasi.

PENGERTIAN

Product Flow Model (PFM) adalah dokumen terdiri Diagram-alir dan Parameter yang menggambarkan pendekatan logik dari sistem alir material atau arus migas, terdiri dari diagram-alir dan parameter (metadata empiris) yang menggambarkan pergerakan material / arus migas, distribusi dan keseimbangan.

REFERENSI

  1. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 17 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011.
  2. Panduan Pemeriksaan dan Penilaian Akuntabilitas Operasi Produksi Hulu Migas, Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK.
  3. PTK-062 tentang Managemen Produksi.
  4. PTK-008: Surat Keputusan SKK Migas Nomor KEP-0008./SK00000/2013/SO Pedoman Tata Kerja Tentang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunlkasl pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas
  5. PTK-009: Surat Keputusan SKK Migas Nomor KEP-0009./SK00000/2013/SO Pedoman Tata Kerja Tentang Sistem Operasi Terpadu.
  6. Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Produksi dan Pelaporan Arus Minyak dan Gas Bumi (PUPO PPM)
  7. ISO 15926 – Industrial automation systems and integration & PRODML Energistics
  8. API
  • API Standard 2540 – Manual of Petroleoum Measurement Standards
  • API 2543
  • API-2545, Etc
  1. GPA Standard 2261-00
  2. ASTM
  • ASTM D-1085
  • ASTM D-1086
  • ASTM D-1145
  • ASTM D-1250 IP.200
  • ASTM D-270
  • ASTM D-4057, Etc

PROSEDUR PEMBUATAN PRODUCT FLOW MODEL (PFM)

PFM berfungsi sebagai checkpoint untuk memastikan kuantitas material dalam sistem alir. PFM adalah inti kerangka kerja analisa yang jadi penentu pola data empiris. PFM dibuat dengan memetakan asersi, sesuai business process dan asset Perusahaan.

Picture5

Gambar 1: Elemen dan Fitur Dasar Diagram Alir – Energistics PRODML

Picture6

Gambar 2: Contoh metadata empiris

1)    Lakukan Data Collection untuk menyiapkan a.l.: sampel Routine Production Statement (RPS) / laporan rutin produksi, Production Map Layout, Process Flow Diagram (PFD), SOP, dsb

2)    Tentukanlah staging & scoping

3)    Analisa data asersi (pernyataan kuantitas) pada format laporan rutin produksi

4)    Salin format data asersi menjadi konfigurasi kontrol kuantitas atau product flow model (PFM) – Lihat prosedur lebih detil di bawah.

5)    Gunakan perangkat lunak komputer (software) yang sesuai untuk membantu penggambaran diagram dan penyusunan spreadsheet/tabulasi (metadata/parameter).

6)    Lakukan assessmen kuantitas atau correlation checking (Assersi – Diagram Alir – Parameter)

Pemeriksaan integritas dan korelasi Product Flow Model (PFM) dibagi menjadi 2 tahap:

  1. Korelasi Flow Model (Flow Model Correlation)
  2. Korelasi Asersi Kuantitas (Quantity Assertion Correlation)

7)    Lakukan analisis interpretatif sederhana terhadap PFM yang telah dibuat

8)    Lakukan workshop pembahasan draft PFM, dilanjutkan koreksi atau perbaikan berdasarkan temuan, komentar dan hasil rekomendasi dari diskusi tentang PFM

9)    Identifikasi Definisi Data Primer dan buatlah Daftar Data Primer

10) Identifikasi Definisi Data Derivative dan buatlah Daftar Data Derivative (Turunan)

11) Routing for Endorsment & Approval

12) Lakukan sosialisasi & pengendalian dokumen PFM sesuai Sistem Tata Kelola/SOP di Perusahaan

13) Implementasi

14) Sesuai jadwal yang telah ditentukan sebelumnya, lakukan Tinjauan Reguler atau Site-Visit Inspection/Self-Assessment untuk verifikasi dan validasi antara dokumen PFM, fakta di lapangan (Onshore/Offshore) dan persyaratan FQA.

15) Lakukan workshop pembahasan hasil Assessment, dilanjutkan koreksi atau perbaikan berdasarkan temuan, komentar dan hasil rekomendasi dari Assessment. Dilanjutkan dengan melakukan kembali langkah 11 di atas.

PROSEDUR PENGGAMBARAN MODEL DIAGRAM ALIR

Berikut di bawah ini contoh cara diagramming “Production Unit Flow Model”.

Step 1. Draw the diagram

Picture2

Step 2. Draw the boundaries

Picture3

Step 3. Make each boundary a flow unit

Picture4

OBJEKTIF IDEAL (INDIKATOR / UKURAN KEBERHASILAN):

  • Product Flow Model harus memiliki informasi yang memadai dan memenuhi persyaratan/ketentuan SOT & FQA, sesuai proses bisnis, sesuai asset Perusahaan (KKKS) dan relevan dengan ruang lingkup pemeriksaan.
  • Product Flow Model harus dapat diakses
  • Product Flow Model juga memenuhi persyaratan perusahaan (organization applicability) dan dilakukan tinjauan reguler (routine review discipline)

TAHAPAN PENERAPAN SNI/ISO 9001-SMM PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

$
0
0

SNI-238x178

LATAR BELAKANG

Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk :

  • Untuk kesehatan, keamanan, keselamatan dan pelestarian lingkungan hidup,
  • Mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan memasuki pasar internasional,
  • Untuk persaingan usaha yang sehat,
  • Peningkatan efisiensi serta kinerja industri,
  • Serta kepuasan pelanggan dengan melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah.

Perumusan SNI berlandaskan hukum pada UU no 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis dan ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Penerapan SNI pada dasarnya bersifat sukarela (volunteer). Namun untuk keperluan melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi nasional dan pelestarian lingkungan, pemerintah dapat saja memberlakukan SNI tertentu secara wajib. Pemberlakuan SNI-Wajib dilakukan secara berhati-hati oleh pemerintah. Pemberlakuan SNI Wajib akan dilakukan melalui penerbitan regulasi teknis oleh instansi pemerintah yang memiliki kewenangan untuk meregulasi kegiatan dan peredaran produk (regulator).

Sistem Manajemen Mutu (SMM) sesuai SNI/ISO 9001 merupakan prasyarat bagi perusahaan yang hendak memperoleh sertifikat SNI. Artinya perusahaan tidak akan lolos sertifikasi SNI walaupun telah memenuhi spesifikasi produk dan standar pengujian SNI sepanjang belum menerapkan SMM SNI/ISO 9001 di lingkungan perusahaannya.

APA ALASAN (MANFAAT) IMPLEMENTASI/SERTIFIKASI SNI TERHADAP PRODUK DAN SMM PADA UKM ?

Dari berbagai standar SNI yang telah diterbitkan, standar yang berkaitan dengan UKM a.l.

  • SNI Produk tentang ketentuan/persyaratan untuk sertifikasi produk tertentu, dan
  • SNI/ISO 9001 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM).

Tanpa pelanggan yang puas, sebuah perusahaan (UKM) dalam bahaya!

Agar pelanggan puas, perusahaan (UKM) perlu memenuhi persyaratan mereka (pasar/pelanggan).

Standar SNI/ISO 9001 menyediakan kerangka kerja yang telah dicoba dan diuji (a tried and tested framework) untuk mengambil pendekatan sistematis dalam mengelola proses bisnis sehingga secara konsisten menghasilkan produk/jasa yang memenuhi harapan pelanggan.

Secara umum alasan (manfaat) menerapkan baik SNI-Produk maupun SNI-SMM adalah memiliki dan memelihara kualitas dan daya saing yang tinggi baik di pasar domestik dan internasional untuk kepuasan pelanggan, yakni  a.l:

  • Menjaga produk atau jasa yang berkualitas secara konsisten
  • Meningkatkan kepercayaan masyarakat
  • Meningkatkan daya jual produk atau jasa
  • Memenuhi pra-syarat suatu tender/biding untuk suplai produk/jasa
  • Memudahkan go internasional

LINGKUP 

Pada artikel ini, penulis akan menjelaskan sekilas tentang “Bagaimana tahapan implementasi & sertifikasi standar SNI/ISO 9001 – persyaratan Sistem Manajemen Mutu pada UKM?”

APA ITU SNI/ISO 9001?

SNI/ISO 9001 adalah seri standar ISO nomer 9001 tentang Quality Management System – Requirements yang diadopsi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dari International Organization for Standardization (ISO).

Apa itu ISO 9001? ISO 9001 adalah standar yang memberikan persyaratan untuk sebuah sistem manajemen mutu.

 

DEFINISI USAHA KECIL & USAHA MENENGAH

Kategori Usaha mengacu pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang UKM, masing-masing kategori memiliki batasan sendiri-sendiri, sebagai berikut:

Usaha Kecil
Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria:
a. Rp 50 juta < Aset ≤ Rp. 500 juta.
b. Rp 300 juta < Omset ≤ Rp. 2,5 miliyar.

Usaha Menengah
Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan orang perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar dengan kriteria:
a. Rp 500 juta < Aset ≤ Rp. 2,5 miliyar.
b. Rp 2,5 miliar < Omset ≤ Rp. 50 miliyar.

Adapun definisi mengenai UKM dengan kriteria berdasarkan kuantitas tenaga kerja oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sbb:

  • Industri kecil dengan pekerja 5 hingga 19 orang.
  • Industri menengah dengan pekerja 20 hingga 99 orang.

TAHAPAN PENERAPAN SNI/ISO 9001 PADA UKM

  1. TAHAP PERSIAPAN (INITIATION):
    • Penetapan keputusan, komitmen dan budget oleh pimpinan / manajemen puncak
    • Pembentukan tim Sistem Manajemen Mutu (SMM)
    • Pelatihan (sosialisasi) kesadaran mutu dan pengenalan SNI / ISO 9001
    • Initial Review/Gap Assessment/Gap Analysis
  2. TAHAP DOKUMENTASI (DESIGN & DEVELOPMENT)
    • Risk Management,
    • Identifikasi Proses Bisnis / Desain SMM
    • Identifikasi Kebutuhan Dokumentasi SMM
    • Penyusunan/Pengembangan Dokumentasi SMM meliputi Visi, Misi, Quality Policy, Quality Objectives/Targets, Pedoman Mutu/Manual, prosedur (SOP), instruksi kerja/WI, formulir (form)
    • Pengendalian Dokumen, Data, Rekaman Mutu dan Arsip
  3. TAHAP IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION):
    • Sosialisasi & Pelatihan Implementasi SMM (Quality Policy, Pedoman Mutu, SOP, dsb)
    • Penerapan SMM oleh seluruh personil di seluruh fungsi/unit kerja sesuai lingkup SMM secara konsisten minimal 3 bulan
    • Survey kepuasan pelanggan
  4. TAHAP PRA-SERTIFIKASI (PRE-CERTIFICATION)
    • Pelatihan Tim Internal Auditor
    • Pelaksanaan Audit Internal keseluruhan sistem dan Tindakan Korektif
    • Tinjauan Manajemen
  5. TAHAP SERTIFIKASI (CERTIFICATION)
    • Meminta quotation (penawaran) dan memilih lembaga sertifikasi,
    • Mengajukan sertifikasi ke lembaga sertifikasi SMM yang diakreditasi KAN
    • External Audit untuk Sertifikasi & Penutupan temuan
    • Penerbitan Sertifikat SNI/ISO 9001
  6. TAHAP PEMELIHARAAN (CONTINUE IMPROVEMENT FOR BUSINESS SUSTAIN)
    • melakukan peningkatan secara terus menerus misal sesuai siklus PDCA, simple, faster, better)

PENUTUP

Salah satu cara terpenting untuk mewujudkan visi misi perusahaan (UKM) adalah dengan kesadaran mutu, mengintegrasikan dan menerapkan prinsip-prinsip mutu di semua fase siklus usaha.

Seperti diketahui bahwa Keselamatan, Mutu, Waktu Penyampaian, Biaya Anggaran, Efektivitas dan Efisiensi akan dapat ditingkatkan dengan bekerja secara sistematis mematuhi prosedur formal di perusahaan, karena akan menghindarkan dan meminimalkan dampak risiko usaha serta terwujudnya mutu produk/jasa yang konsisten agar bisnis berkesinambungan.

Untuk mencapai hal tersebut di atas, semua proses penting terkait dalam rangka realisasi produk /jasa pada UKM seharusnya dirancang dan dikembangkan untuk memenuhi Persyaratan SNI/ISO SMM 9001.

REFERENSI

  1. ISO 9001, https://www.iso.org/iso-9001-quality-management.html
  2. SISTEM MANAJEMEN MUTU – SNI/ISO 9001:2008 – PENERAPAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH, Oleh Badan Standardisasi Nasional, Copyright @ BSN 2013

Introduction on Lifting Operation Management System (LOMS)

$
0
0

Foto Operasi Crane_00.png

Di sini penulis berdasarkan pengalaman men-develop LOMS pada salah satu KKKS, akan menjelaskan tentang “sekilas” operasi pengangkatan (lifting/crane) untuk pengenalan, kesadaran dan kepedulian mewujudkan operasi pengangkatan yang safe, reliable dan sustain.

Ada juga istilah “lifting” atau kegiatan penjualan/sale yang sangat populer digunakan di industri migas, tetapi di artikel ini penulis akan bercerita tentang “sistem manajemen operasi pengangkatan” – pada operasi produksi hulu minyak dan gas bumi, baik di onshore maupun offshore, seperti misal: personnel transfer menggunakan pedestal crane di offshore, pengangkatan material/equipment dengan mobile crane di onshore , dsb.

Foto Incident Crane_01.png

Latar Belakang (Mengapa Perlu LOMS ?)

Crane sekarang menjadi equipment utama dalam suatu konstruksi baik high rise building construction maupun di industri hulu minyak dan gas bumi.

Tanpa menerapkan sistem manajemen operasi pengangkatan yang memadai, kecelakaan operasi crane bisa terjadi. Jika sesuatu ada yang salah, konsekuensinya adalah kerusakan property (property damaged) yang juga dapat mengakibatkan kehilangan nyawa personil-pun bisa terjadi (fatality). Bahkan resiko yang paling ditakuti bisa saja terjadi yaitu incident bencana terkait terlepasnya hydrocarbon dari fasilitas produksi. Dapat dikatakan bahwa risiko pada operasi pengangkatan meliputi baik Occupational Health Safety (OHS) maupun Process Safety Management (PSM). Pengelolaan operasi pengangkatan yang memadai dan baik, mulai dari organisasi, tim personil, perencanaan, peralatan, dsb – niscaya dapat menghindarkan dari bencana.

Meningkatnya target produksi tahunan Perusahaan (KKKS) di industri hulu migas memberikan dampak langsung pada banyaknya dan kompleksitas operasi pengangkatan. Aktivitas operasi pengangkatan terdiri dari perencanaan, pemilihan, pengadaan, penggunaan, penanganan, inspeksi/audit, pemeliharaan /perbaikan peralatan pengangkatan, pengawasan dan pengendalian selama pelaksanaannya.

Dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja, maka masing-masing Perusahaan (KKKS) membutuhkan untuk menerapkan sistem manajemen operasi pengangkatan untuk memastikan bahwa kegiatan lifting dilakukan secara aman, efektif, dan efisien.

Foto Operasi Crane_04.png

Apa itu Lifting Operation Management System (LOMS) ?

Sistem Manajemen Operasi Pengangkatan adalah bagian dari Sistem Manajemen Mutu & HSSE di Perusahaan  untuk mengatur dan mengarahkan (direct and control) semua sumber daya terkait operasi pengangkatan yang bertujuan memastikan operasi pengangkatan dilakukan dengan aman, efektif, terkendali, efisien, mendukung pelestarian lingkungan, mematuhi regulasi yang berlaku dan memenuhi standar internasional peralatan dan operasi pengangkatan.

LOMS adalah Sistem Manajemen yang diperlukan untuk mengelola aspek 4P di seluruh siklus operasi pengangkatan yakni mencakup:

  • Manajemen Organisasi/Personil Pengangkatan (PEOPLE) meliputi a.l. struktur organisasi LOMS, tugas dan wewenang, assessmen kompetensi personil, sertifikat otorisasi personil, training/pelatihan/coaching, dsb.
  • Manajemen Peralatan Pengangkatan, Inspeksi/Uji & Maintenance (PLANT)
  • Manajemen Proses (PROCESS) meliputi a.l. Perencanaan Pengangkatan, Lifting Engineering, Procurement, Instalasi, Lifting Coach dan Operasi (Execution) terkait operasi pengangkatan
  • Laporan, Inspeksi, Audit & Kinerja Operasi Pengangkatan (PERFORMANCE)

Foto Operasi Crane_03.png

Ruang Lingkup Penerapan LOMS?

LOMS berlaku sebagai landasan (minimum) yang menjelaskan hal-hal utama dalam operasi pengangkatan, yang berlaku di seluruh area kerja PERUSAHAAN, baik yang dilakukan oleh pihak Perusahaan maupun pihak Kontraktor/Sub-cont/Vendor.

Persyaratan yang ditetapkan pada LOMS di Perusahaan (KKKS) akan diberlakukan pada business-partner yaitu Kontraktor, Sub-Kontraktor dan Vendor melalui kegiatan Supply Chain Management.

Bagaimana Strategi Mengembangkan LOMS?

Sistem Manajemen Operasi Pengangkatan (Lifting Operation Management System/LOMS) adalah dapat dirancang dan dikembangkan antara lain sesuai dengan

  • Policy / Kebijakan Mutu & HSSE di Perusahaan,
  • Siklus PDCA (Plan – Do – Check – Act),
  • Pendekatan model proses bisnis dan manajemen resiko sesuai ISO 9001
  • Pemenuhan terhadap Referensi Hukum & Teknis (Standard/Code) terkait

Apa Referensi Hukum & Teknis Terkait ?

Peraturan Pemerintah tentang operasi pengangkatan adalah seperti daftar berikut:

  • Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.
  • Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.PER.09/MEN/VII/ 2010 tentang Operator Pesawat Angkat dan Angkut.
  • Peraturan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 01.K/03/D.DJM/1994 tentang Tata Cara dan Persyaratan Sertifikasi Tenaga Teknik Khusus Operator Pesawat Angkat.
  • Permen ESDM No. 38 th. 2017 tentang Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi.
  • Keputusan Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 0351.K/10/DJM/S/2017 tentang Pedoman Penerbitan Persetujuan dalam Pelaksanaan Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi.
  • MIGAS PTK 007 tentang Peraturan Pengadaan di Sektor MIGAS.
  • Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 20 tahun 2008 tentang Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di Bidang Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi Secara Wajib.
  • Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.245/MEN/V/ 2007 Tanggal 31 Mei 2007 Tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Serta Panas Bumi Sub Sektor Industri Minyak dan Gas Bumi Hulu Hilir (Supporting) Bidang Operasi Pesawat Angkat, Angkut dan Ikat Beban.
  • Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral No. 111/K/70/MEM/2003 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Kompetensi Kerja Tenaga Teknik Khusus Minyak Dan Gas Bumi Sebagai Standar Wajib Di Bidang Kegiatan Usaha Minyak Dan Gas Bumi.
  • Standar Nasional Indonesia 19.6558.2001 mengenai kompetensi kerja tenaga teknik khusus operator pesawat angkat, pesawat angkut dan juru ikat beban.
  • Peraturan Perundangan, UU No.1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja.
  • PP No. 11/1979 tentang Peraturan Keselamatan pada industri Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Catatan:

Sebelum diterbitkan Permen ESDM No. 38 th. 2017 & Keputusan Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 0351.K/10/DJM/S/2017 , regulasi yang berlaku berkaitan LOMS:

  • Keputusan Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 84.K/38/DJM/1998 (The Director General of Oil and Gas Decree No.84.K/38/DJM/1998) tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam Usaha Pertambangan Minyak dan Gas dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi.
  • Mentamben Reg. 06/P/0746/M.PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Pengusahaan Sumberdaya Panas Bumi.

Standard/Code Internasional Terkait

Standar internasional yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Mutu Pengangkatan & HSE:

  • Occupational Safety and Health Administration, Department of Labor, 29 CFR, Part 1910.179.
  • DNV/ISRS 8
  • ISO 9001: 2015, Quality Management System – Requirements
  • OHSAS 18001:2007
  • ISO 14001:2014, Environment Management System – Requirements

Standar internasional yang mengatur operasi pengangkatan seperti daftar berikut:

  • ASME B.30 Series, Safety Standards for Cableways, Cranes, Derricks, Hoists, Hooks, Jacks, and Slings.
  • API Series for lifting operation related standards (RP 2D, SPEC 2C, SPEC 9A, etc.).
  • BS EN 12079 Offshore containers and associated lifting sets.
  • DNV 2.7-1 Offshore Containers & 2.7-2 Offshore Service Containers.
  • DNV No. 2.22 Standard for Certification of Lifting Appliances.
  • GL Standard (Germanischer Llyod) IV Part 6 Chapter 9: Guideline for Personnel Transfers by Means of Lifting Appliances
  • BS 7121, 1998 Code of Practices for Safe Use of Cranes, Part 2 & 11.
  • Lifting Operations and Lifting Equipment Regulations 1998 (LOLER) SI 1998#2307

Best Practices and Manual Book

Best Practices and Manual Book tentang pengangkatan adalah seperti berikut:

  • IMCA Lifting Guide Line
  • NSL Lifting Hand Book
  • UKOOA Guide Lines
  • NSL Good and Bad Lifting Practise
  • UKOOA Safe Cargo
  • Crane Manual Book
  • Frog Manual Book
  • Bridon Wire Rope Manual Book
  • DIEPA Wire Rope Manual Book
  • BRADEN WINCH manual Book
  • CROSBY Manual Book
  • Kocsis Manual Book
  • Dll

Apa Kebijakan/Ketentuan Penting Yang Perlu Diatur Pada LOMS?

Perusahaan perlu mempertimbangkan untuk berkomitmen memberlakukan bahwa kegiatan pengangkatan hanya boleh dimulai dan dilakukan apabila terpenuhi syarat-syarat diantaranya sebagai berikut (sesuai kondisi operasi di Perusahaan masing-masing dan regulasi yang berlaku):

  • Dilakukan Perencanaan Pengangkatan.
  • Dilakukan Kajian Resiko Bahaya dan Penanggulangannya.
  • Operator alat angkat harus kompeten (terlatih, berpengalaman, dan bersertifikat sesuai peraturan MIGAS yang ada).
  • Signalman dan Rigger harus kompeten (terlatih, berpengalaman) dan memiliki sertifikat sebagai Rigger/Signalman dari DEPNAKER / MIGAS. Pelatihan untuk mendapatkan sertifikat tersebut dapat dilakukan di lembaga penyelenggara pelatihan yang terdaftar di DEPNAKER / MIGAS. Untuk pekerja asing, pelatihan yang harus dilakukan oleh lembaga penyelenggara pelatihan yang diakui secara Internasional.
  • Untuk penggunaan crane, pekerjaan pengangkatan harus dilakukan sekurang kurangnya 3 orang yang terdiri dari 1 orang Crane Operator, 1 orang Signalman, 1 orang Rigger.
  • Setiap alat angkat dan alat bantu angkat harus memiliki :
    • Identitas Spesifik.
    • Sertifikat dari Pabrik Pembuat.
    • Kapasitas Angkat Aman (SWL/WLL) tertera pada alat angkat tersebut.
  • Setiap alat angkat dan alat bantu angkat hanya digunakan sesuai fungsinya.
  • Setiap beban yang diangkat harus memiliki informasi:
    • Berat, Dimensi dan Isi
    • Lifting Point dan kapasitas angkat amannya.
  • Pemeriksaan alat angkat, alat bantu angkat, lifting point harus dilakukan sebelum digunakan (Pre-use checklist).
  • Alat Angkat dan Alat Bantu Angkat yang bersertifikat harus diperiksa selambat lambatnya setiap 12 bulan.
  • Lifting point yang bersertifikat harus di periksa selambat lambatnya dalam 12 bulan.
  • Semua safety devices yang terpasang pada peralatan dari pabrik pembuat harus berfungsi.

Penutup

LOMS perlu dikembangkan dan diberlakukan sebagai landasan (minimum) yang menjelaskan hal-hal utama dalam operasi pengangkatan, yang berlaku di area kerja PERUSAHAAN di industri hulu minyak dan gas bumi, baik yang dilakukan oleh pihak Perusahaan maupun pihak Kontraktor/Sub-cont/Vendor.

LOMS perlu dikembangkan dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja , agar dapat dicegah timbulnya kerusakan property (property damaged), kehilangan nyawa (fatality), kerusakan lingkungan, maupun mencegah terjadi bencana akibat terlepasnya hydrocrabon yang jumlah besar dari fasilitas proses.

Sistem Manajemen Operasi Pengangkatan / LOMS adalah mengatur dan mengarahkan semua sumber daya terkait operasi pengangkatan yang bertujuan memastikan operasi pengangkatan dilakukan dengan aman, efektif, terkendali, efisien, mendukung pelestarian lingkungan, mematuhi regulasi yang berlaku dan memenuhi standar/code internasional peralatan dan operasi pengangkatan. Dan implementasi LOMS yang excellent untuk menunjang Perusahaan mewujudkan operasi produksi hulu migas yang safe, reliable dan business sustain.

KAMPUNG BUAH CIKALONG

$
0
0

KAMPUNG BUAH CIKALONG

Lahan Untuk Berkebun
WhatsApp Image 2018-07-22 at 12.59.11
Anda sedang mencari investasi Property Syariah ?

Kampung Buah Cikalong​

Mungkin Anda pernah berfikir untuk berinvestasi property demi kesejahteraan di masa depan, namun ide itu sepertinya susah diwujudkan setelah Anda melihat harga dan cicilan property yang selangit.
Saat ini sudah hadir pilihan property tanah kavling yang cocok untuk Anda berinvestasi.
Salah satunya yakni tanah kavling Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort terletak tepat di pinggir Jalan Transyogi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Tanah kavling yang satu ini bukan hanya cocok untuk dijadikan lahan berinvestasi namun juga begitu produktif sekali jika dijadikan sebagai lahan untuk berkebun buah klegkeng dan durian.
tanah-kavling-murah-di-cianjur-cikalong-1
View perbukitan di Kampung Buah Cikalong
Lantas mengapa banyak orang yang menjatuhkan pilihannya pada tanah kavling yang ada di Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort tersebut ?
Tentu mereka memiliki alasan tersendiri dengan pilihannya ini.
Tentu alasan yang mereka lontarkan berkat adanya konsep kawasan Agrowisata petik buah langsung terbesar di Indonesia dengan berbagai fasilitas islami, wisata buah terlengkap yang bertema pertanian, perkebunan dan peternakan.
Inilah berbagai fasilitas yang telah Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort sajikan untuk Anda:
  • The Farm Land (Taman Wisata bertema pertanian, perkebunan & peternakan)
  • Wisata Petik Buah Langsung
  • Taman Buah Syurga (Tanaman Buah Langka, Kurma, Tin, Zitun dll)
  • Museum Pertanian Nusantara (Alat-alat pertanian dari sabang sampai merauke)
  • Museum Buah Nusantara
  • Peternakan Lebah Madu
  • Penangkaran Rusa & Hewan Langka lainnya
  • Etalase Buah & Kuliner
  • Restoran Khas Sunda & Nusantara
  • Cottage (Rumah Penginapan)
  • Taman Edukasi Pertanian
  • Rumah Tahfidz Qur’an
  • Area olah raga sunnah Memanah & Berkuda
  • Campig Ground & Outbond
  • Paint Ball Area
  • Aneka Permainan Anak & Keluarga
Keuntungan yang Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort tawarkan:
  • Transaksi jual beli menggunakan system Syariah, tanpa pendanaan bank, tanpa BI Checking, tanpa Bunga, tanpa denda, tanpa sita, tanpa riba, tanpa akad bathil, insya Allah lebih berkah dan mudah
  • Hasil panen buah klengkeng dan durian (Varietas Musang King dan Kuning Mas) memiliki nilai ekonomis yang tinggi
  • Terletak persis di pinggir jalan provinsi yang tentunya nilai investasi tanah lebih cepat naik
  • Legalitas status kavling yang diterima konsumen Setifikat Hak Milik (SHM)
  • Jaminan uang kembali jika dalam waktu 12 bulan SHM belum terbit
  • Harga kavling sudah termasuk bibit buah klengkeng dan durian (Varietas Musang King dan Kuning Mas) tertanam dengan jumlah bibit disesuaikan dengan luasan kavling
  • Penanaman dan pemeliharaan buah dibawah pengawasan pakar dan tenaga ahli tanaman
  • Berada di alam yang asri dengan kontur berbukit, berada di ketinggian 700 mdpl dengan view pegunungan, sungai, pesawahan, waduk cirata dan hamparan hutan pinus
  • Pemilik kavling tidak direpotkan dengan pemeliharaan tananam buah dan pemasarannya, semuanya di atur oleh perusahaan dengan system bagi hasil
  • Menggunakan system cluster, saat ini sudah ada 2 Cluster yakni Cluster Klengkeng Berkah dan Cluster Durian Musang King
Tentunya investasi tanah Kavling Buah Cikalong – Villa & Resort ini telah menjadi suatu terobosan baru yang cocok bagi Anda yang masih bingung mengelola keuangan Anda di masa tua nanti.
Apalagi saat ini Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort sudah laris dipasaran, sekitar 300 unit (1 cluster) telah habis terjual.
Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa tanah yang ada di Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort banyak diminati masyarakat.
Apalagi tanah ini juga bisa Anda manfaatkan untuk berkebun Klengkeng dan Durian yang mana Anda bisa meraup keuntungan yang lebih besar.
Untuk info lebih Lanjut, Silakan Klik Tombol di bawah ini

Kavling Yang

Tersedia Saat Ini

Anda sedang mencari investasi Property Syariah ?

Kampung Buah Cikalong​

Mungkin Anda pernah berfikir untuk berinvestasi property demi kesejahteraan di masa depan, namun ide itu sepertinya susah diwujudkan setelah Anda melihat harga dan cicilan property yang selangit.
Saat ini sudah hadir pilihan property tanah kavling yang cocok untuk Anda berinvestasi.
Salah satunya yakni tanah kavling Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort terletak tepat di pinggir Jalan Transyogi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Tanah kavling yang satu ini bukan hanya cocok untuk dijadikan lahan berinvestasi namun juga begitu produktif sekali jika dijadikan sebagai lahan untuk berkebun buah klegkeng dan durian.

Picture

View perbukitan di Kampung Buah Cikalong
Lantas mengapa banyak orang yang menjatuhkan pilihannya pada tanah kavling yang ada di Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort tersebut ?
Tentu mereka memiliki alasan tersendiri dengan pilihannya ini.
Tentu alasan yang mereka lontarkan berkat adanya konsep kawasan Agrowisata petik buah langsung terbesar di Indonesia dengan berbagai fasilitas islami, wisata buah terlengkap yang bertema pertanian, perkebunan dan peternakan. Inilah berbagai fasilitas yang telah Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort sajikan untuk Anda:
  • The Farm Land (Taman Wisata bertema pertanian, perkebunan & peternakan)
  • Wisata Petik Buah Langsung
  • Taman Buah Syurga (Tanaman Buah Langka, Kurma, Tin, Zitun dll)
  • Museum Pertanian Nusantara (Alat-alat pertanian dari sabang sampai merauke)
  • Museum Buah Nusantara
  • Peternakan Lebah Madu
  • Penangkaran Rusa & Hewan Langka lainnya
  • Etalase Buah & Kuliner
  • Restoran Khas Sunda & Nusantara
  • Cottage (Rumah Penginapan)
  • Taman Edukasi Pertanian
  • Rumah Tahfidz Qur’an
  • Area olah raga sunnah Memanah & Berkuda
  • Campig Ground & Outbond
  • Paint Ball Area
  • Aneka Permainan Anak & Keluarga

Keuntungan yang Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort tawarkan:

  • Transaksi jual beli menggunakan system Syariah, tanpa pendanaan bank, tanpa BI Checking, tanpa Bunga, tanpa denda, tanpa sita, tanpa riba, tanpa akad bathil, insya Allah lebih berkah dan mudah
  • Hasil panen buah klengkeng dan durian (Varietas Musang King dan Kuning Mas) memiliki nilai ekonomis yang tinggi
  • Terletak persis di pinggir jalan provinsi yang tentunya nilai investasi tanah lebih cepat naik
  • Legalitas status kavling yang diterima konsumen Setifikat Hak Milik (SHM)
  • Jaminan uang kembali jika dalam waktu 12 bulan SHM belum terbit
  • Harga kavling sudah termasuk bibit buah klengkeng dan durian (Varietas Musang King dan Kuning Mas) tertanam dengan jumlah bibit disesuaikan dengan luasan kavling
  • Penanaman dan pemeliharaan buah dibawah pengawasan pakar dan tenaga ahli tanaman
  • Berada di alam yang asri dengan kontur berbukit, berada di ketinggian 700 mdpl dengan view pegunungan, sungai, pesawahan, waduk cirata dan hamparan hutan pinus
  • Pemilik kavling tidak direpotkan dengan pemeliharaan tananam buah dan pemasarannya, semuanya di atur oleh perusahaan dengan system bagi hasil
  • Menggunakan system cluster, saat ini sudah ada 2 Cluster yakni Cluster Klengkeng Berkah dan Cluster Durian Musang King
Tentunya investasi tanah Kavling Buah Cikalong – Villa & Resort ini telah menjadi suatu terobosan baru yang cocok bagi Anda yang masih bingung mengelola keuangan Anda di masa tua nanti. Apalagi saat ini Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort sudah laris dipasaran, sekitar 300 unit (1 cluster) telah habis terjual. Hal ini tentunya menjadi bukti bahwa tanah yang ada di Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort banyak diminati masyarakat. Apalagi tanah ini juga bisa Anda manfaatkan untuk berkebun Klengkeng dan Durian yang mana Anda bisa meraup keuntungan yang lebih besar.
Untuk info lebih Lanjut, Silakan Klik Tombol di bawah ini

Kavling Yang Tersedia Saat Ini

Picture

Site Plan Cluster Durian Musang King

Picture

Price List Cluster Durian Musang King

Picture

Site Plan Cluster Durian Kuning Emas Boulevard

Picture

Price List Cluster Durian Kuning Emas

Picture

Price List Cicilan 12 bulan

Picture

Price List Cicilan 12 bulan

​​Foto Saat Gathering Di Lokasi Kavling Kampung Buah Cikalong

Survey aja dulu GRATIS ko…
Silakan Ke Kantor Pemasaran Kampung Buah Cikalong dan Tim kami akan mendampingi Anda untuk Survey ke Lokasi Kavlingnya
KLIK Tombol di bawah ya untuk Janjian SURVEY

F & Q KAMPUNG BUAH CIKALONG

1.  Apa itu Kampung Buah Cikalong ?
Kampung Buah Cikalong adalah kavling kebun siap bangun villa atau rumah yang sudah tertanam pohon-pohon buah seperti Klengkeng dan Durian dimana kawasannya terintegrasi dengan agrowisata yang mana jalan utama dari kawasan kami akan terkoneksi jalan raya transyogi sampai dengan taman bunga nusantara cianjur dengan rencana total luas area 1000 hektar dan merupakan sebuah destinasi kawasan masa depan.Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort memiliki tujuan meningkatkan nilai ekonomi lahan kosong, lahan tandus dan lahan pertanian yang tidak tertata menjadi lebih bernilai dan berdampak pada KETAHANAN PANGAN masyarakat sekitar lokasi Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort. Hal tersebut akan beriringan dengan meningkatnya pendapatan daerah dan meningkatkan ekonomi/taraf hidup masyarakat sekitar dengan cara melibatkan mereka dalam kegiatan yang kami lakukan pada Kavling Kebun Buah yang akan menjadi destinasi wisata, serta bertambahnya pengetahuan tentang pelestarian alam.2.  Seperti apa konsep nya ?
Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort memiliki konsep agrowisata petik buah langsung terbesar di indonesia dengan berbagai fasilitas wisata buah terlengkap yang bertema pertanian, perkebunan & peternakan.

Kawasan agrowisata yang menawarkan atraksi alam yang menakjubkan sebagai karunia Allah Yang Maha Besar dengan kontur tanah perbukitan, view gunung, hamparan sawah, sungai, waduk cirata, rimbunan hutan pinus dan berapa diketinggian 350 s/d 700 mdpl menjadikan Kampung Buah Cikalong sangat sejuk, nyaman dan Asri.

Kawasan agrowisata yang memadukan wisata Duniawi dan Ukhrowi dengan tujuan membangun sebuah peradaban islam dengan itu Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort melengkapi kawasannya dengan pesantren Tahfidz Qur’an Islamic Boarding School, Masjid sekelas Masjdi Raya, gedung serbaguna dan perpustakaan islam.

3.  Siapa developernya ?
Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort dikembangkan oleh PT. Bumi Raya Cikalong yang sudah berpengalaman dalam pembebasan lahan bahkan dalam berbagai peruntukan.
Mengenai legalitas developer sudah tentu mengikuti ketentuan yang berlaku pada badan hukum Perseroan Terbatas (PT)

4.  Lokasinya dimana ?
Kampung Bauh Cikalong – Villa & Resort terletak di Jalan Provinsi, Jalan Raya Transyogi, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikalong Kulon, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Yang mana jalan utama kawasan kami akan terkoneksi dari Jalan Raya Transyogi sampai dengan Taman Bunga Nusantara Cianjur.

Alamat kantor pemasaran kami berapa di Jalan Raya Jonggol – Cariu Km.1 No.26 Kampung Kujang, Jonggol, Bogor, Jawa Barat

5.  Apa keunggulannya lokasi dibanding project lain ?
Kampung Buah Cikalong – Villa & Resort memiliki berbagai keunggulan lokasi sebagai berikut:

  1. Rencana luas area sampai dengan 1000 hektar
  2. Berada di alam yang asri dengan kontur berbukit, berada di ketinggian 350 s/d 700 mdpl dengan view pegunungan, sungai, pesawahan, waduk cerita dan hamparan hutan pinus
  3. Dilewati rencana jalur 2 yang terkoneksi dari Sentul Bogor
  4. Gerbang utama kawasan persis dipinggir Jalan Raya Provinsi
  5. Direncanakan pintu gerbang ke 2 kawasan akan sampai Kota Bunga Cianjur, diprediksi bisa menggantikan peran Jalan Raya Provinsi Transyogi sehingga meningkatkan nilai asset yang sangat signifikan
  6. 1.5 km dari Bogor
  7. 45 menit dari Jonggol
  8. 15 menit dari Kota Bunga Cianjur
  9. 25 menit dari jalan puncak pass

6.  Sertifikatnya apa ?
Legalitas kavling yang diterima customer adalah Sertifikat Hak Milik (SHM), baik kavling yang ada di Cluster Kelngkeng Berkah maupun di Cluster Durian Musang King – Kuning Mas.

Kami memberi jaminan uang kembali 100%* jika dalam waktu 12 bulan SHM belum terbit, atau bisa juga ditangguhkan sampai 3 bulan.

7.  Status tanah bagaimana ?
Mengenai sertifikat untuk Cluster Klengkeng Berkah sebagian sudah SHM dan sebagian kecil SPPT. Namun yang terpenting adalah lahan yang sudah dijual adalah lahan yang sudah kami miliki. Secara syariat juga dilarang menjual barang yang belum sempurna dimiliki jadi Insya Allah aman.

Bisa dilihat juga dari kavling contohnya, jika belum kami miliki tentu tidak bisa kami garap seperti ini. Jadi pembuatan kavling contoh bukan sekedar untuk contoh, namun yang utama adalah sebagai bukti bahwa lahan sebenar-sebenarnya milik Developer.

8. Ukuran kavling nya berapa ?

  1. Kavling 200m2 : 10m x 20m
  2. Kavling 300m2 : 12m x 25m
  3. Kavling 500m2 : 20m x 25m
  4. Kavling 1000m2 : 25m x 40m

9. Luas masing-masing itu apakah akan terpotong untuk jalan dan drainase ?
Insya Allah tidak akan terpotong karena luas kavling yang dijual adalah ukuran bersih, sedangkan untuk jalan dan drainase diluar luasan kaling yang dijual.

Pembatas antar kavling menggunakan patok standar BPN sedangkan pagar cluster insya Allah menggunakan tanaman hidup seperti bambu klisik.

10. Satu kavling ada berapa pohon ?
Sebenernya kami hanya menjual kavlingnya saja, mengenai pohon Klengkeng dan Durian itu hanyalah bonus dari kami untuk setiap pembelian lahan kavling. Lumayankan sembari menunggu kenaikan nilai asset Bpk/Ibu bisa menikmati hasil dari buahnya.

Untuk Cluster Klengkeng Berkah satu lahan kavling dengan luas 300 m2 kami memberikan bonus 8 pohon klengeng, kavling dengan luas 500 m2 bonus 12 pohon klengkeng, dan kavling dengan luas 1000 m2 kami memberikan bonus 20 pohon klengkeng.

Sedangkan untuk Cluster Durian Musang King – Kuning Mas satu lahan kavling dengan luas kurang dari 220 m2 kami memberikan bonus 4 pohon durian dan kavling dengan luas lebih dari 220 m2 kami memberikan bonus 5 pohon durian.

11. Apakah bisa ditanami pohon buah lain ?
Insya Allah bisa, namun jumlah pohon dalam satu kavling tetap 4, 5 atau 8, 12 dan 20 pohon. Jadi jika ingin menanam pohon lain tentunya dengan persentasi lebih kecil dari pohon bonus yang kami berikan, misalnya 1 atau 2 pohon klengkeng atau durian diganti dengan pohon lain sehingga jumlah pohon dalam satu kavling sesuai peruntukan awal.

12. Apa jenis pohon yang ditanam ?
Mengenai jenis bibit klengkeng yang kami berikan sebagai bonus kepada customer sama jenisnya dengan bibit klengkeng lainnya, karena kami hanya menanam satu jenis klengkeng yaitu jenis Itoh Super. Kenapa jenis itoh super ? karena jenis Itoh ini berasal dari persilangan klengkeng Diamond River dan Klengkeng dari Thailand yang terkenal dengan rasa manisnya, sehingga dari persilangan tersebut menghasilkan rasa yang sangat manis.

Pada umumnya pohon klengkeng mulai berbuah pada usia 3 tahun. Selain itu klengkeng Itoh Super juga memiliki keunggulan daging buah yang tebal dan tidak berair, biji yang kecil, dan juga dapat menghasilkan buah yang banyak. Bahkan, berdasarkan pengalaman, 1 pohon klengkeng jenis Itoh Super dapat menghasilkan panen sebanyak 50 s/d 75 kg.

Sedangkan jenis bibit durian yang kami berikan sebagai bonus kepada customer adalah jenis musang king dan kuning mas, karena untuk saat ini diantara jenis durian yang ada yang paling unggul adalah jenis musang king, yang di pasaran bisa mencapai Rp 200.000,- per buahnya. Daging buahnya yang lembut menyerupai es krim dan sangat lezat membuat penggemar durian bersedia membeli mahal untuk buah ini.

Pohon durian musang king mulai berbuah pada usia 4 s/d 6 tahun dan bisa terus berbuah efektif sampai usia puluhan tahun. Pada usia produktif satu pohon durian bisa menghasilkan 75 s/d 200 buah per tahun bahkan lebih.

13.  Potensi keuntungan hasil panen nya bagaimana ?
Berikut adalah simulasi estimasi hasil panen buah klengkeng:

Pada umumnya pohon klengkeng mulai berbuah di tahun ke-3

  • Tahun ke-3, hasil panen rata-rata 25kg/pohon, harga petik di pohon Rp 40.000,-/kg
  • Kavling 300m2 (8 pohon) -> 8 x 25kg x Rp 40.000,- = Rp 8.000.000,-
  • Kavling 500m2 (12 pohon) -> 12 x 25kg x Rp 40.000,- = Rp 12.000.000.-
  • Kavling 1000m2 (20 pohon) -> 20 x 25kg x Rp 40.000,- = Rp 20.000.000,-
  • Tahun ke-4, hasil panen rata-rata 50kg/pohon, harga petik di pohon Rp 40.000,-/kg
  • Kavling 300m2 (8 pohon) -> 8 x 50kg x Rp 40.000,- = Rp 16.000.000,-
  • Kavling 500m2 (12 pohon) -> 12 x 50kg x Rp 40.000,- = Rp 24.000.000.-
  • Kavling 1000m2 (20 pohon) -> 20 x 50kg x Rp 40.000,- = Rp 40.000.000,-
  • Tahun ke-5, hasil panen rata-rata 80kg/pohon, harga petik di pohon Rp 40.000,-/kg
  • Kavling 300m2 (8 pohon) -> 8 x 80kg x Rp 40.000,- = Rp 25.600.000,-
  • Kavling 500m2 (12 pohon) -> 12 x 80kg x Rp 40.000,- = Rp 38.400.000.-
  • Kavling 1000m2 (20 pohon) -> 20 x 80kg x Rp 40.000,- = Rp 64.000.000,-
  • Tahun ke-10, hasil panen rata-rata 150kg/pohon, harga petik di pohon Rp 40.000,-/kg
  • Kavling 300m2 (8 pohon) -> 8 x 150kg x Rp 40.000,- = Rp 48.000.000,-
  • Kavling 500m2 (12 pohon) -> 12 x 150kg x Rp 40.000,- = Rp 72.000.000.-
  • Kavling 1000m2 (20 pohon) -> 20 x 150kg x Rp 40.000,- = Rp 120.000.000,-

Dan berikut adalah simulasi estimasi hasil panen buah durian musang king

Pada umumnya pohon durian musang king mulai berbuah pada usia 4 s/d 6 tahun dan bisa terus berbuah efektif sampai usia puluhan tahun. Pada usia produktif satu pohon durian bisa menghasilkan 75 s/d 200 buah per tahun bahkan lebih.

Jika kita ambil sedikitnya per pohon hanya bisa menghasilkan 75 buah saja per tahun dengan harga jual dipasar Rp 200.000,- maka:

  • Kavling < 220m2 (4 pohon) -> 4 x 75 buah x Rp 200.000,- = Rp 60.000.000,-
  • Kavling > 220m2 (5 pohon) -> 5 x 75 buah x Rp 200.000,- = Rp 75.000.000,-

14. Pengelolaannya bagaimana setelah panen ?
Perusahaan sangat menghargai kepemilikan Bpk/Ibu, jadi setelah kavling dibeli kepemilikan di tangan Bpk/Ibu sepenuhnya. Jika ingin dibantu dalam pengelolaanya Insya Allah akan dibahas kemudian sesuai kesepakatan para pemilik kavling. Saat ini belum kami buatkan aturan bakunya karena memang itu milik perorangan Bpk/Ibu sekalian yang pengelolaanya sesuai kebutuhan dan kehendak Bpk/Ibu.

Picture

KAVLING SUNNAH PURWAKARTA

$
0
0

KAVLING KEBUN PRODUKTIF

WhatsApp Image 2018-07-22 at 05.16.47

KAVLING DURIAN PURWAKARTA BERLOKASI DI :

KAVLING SUNNAH PURWAKARTA​

Merupakan investasi tanah kavling syariah yang berlokasi di Desa Parakan Salam Jalan Kapten Halim Purwakarta. Dan letaknya Strategis dekat dengan pintu Toll Jatiluhur,

Kavling Sunnah Purwakarta adalah sebuah kawasan wisata terpadu memadukan kavling perkebunan dan wisata berbasis sunnah.

Anda akan mendapatkan kavling seluas 200 meter persegi dengan bonus 6 buah pohon buah Durian Master.

Di atas lahan seluas 22 hektar ini akan dibangun berbagai wisata dan fasilitas umum, sehingga kavling yang Anda miliki nanti akan berpotensi untung berkali lipat.
Kawasan agro wisata ini akan memusatkan pengembangan Buah Durian Master.

Buah Durian merupakan salah satu buah yang memiliki prospek bisnis menjanjikan. Usia buah durian master mampu bertahan hingga 100 tahun, bahkan lebih dengan perlakuan yang khusus. Bisa dikatakan tanaman buah Durian Master merupakan tanaman yang dapat bertahan terus-menerus di segala kontur tanah dan cuaca.

Dan mempunyai nilai investasi yang terus naik, sehingga sangat cocok bagi Anda yang ingin memiliki kavling tanah syariah penuh berkah bukan hanya untuk perkebunan Durian Tapi dapat juga dibangun villa dan resort Sehingga memiliki nilai jual yang tinggi di kemudian hari.

​Lantas mengapa banyak orang yang menjatuhkan pilihannya pada tanah kavling yang ada di Kavling Sunnah Purwakarta ?

Tentu mereka memiliki alasan tersendiri dengan pilihannya ini.

Tentu alasan yang mereka lontarkan berkat adanya konsep kawasan Agrowisata dan kawasan kavling kebun produktif Islami pertama di Purwakarta dengan berbagai fasilitas yang ada di dalamnya.

Picture Gathering Kavling Sunnah Purwakarta

 

images

 

Kenapa Anda harus memiliki

Kavling di Kavling Sunnah

Purwakarta?


  • Investasi kavling tidak akan pernah turun, malah cenderung naik hingga 20% tiap tahunnya
  • Bonus 6 pohon buah durian master serta gratis perawatan selama 1 tahun
  • Lahan kavling bisa Anda kelola sendiri, atau bekerjasama dengan Agro wisata sunnah terpadu

Mengapa Durian Master ?

DURIAN MASTER Merupakan durian variant baru hasil temuan anak negeri bangsa indonesia, di temukan awal tahun 1972.

​Buah Durian Master ini merupakan gabungan persilangan (bukan rekayasa genetik) dari 2 jenis pohon yaitu pohon asal hutan Kalimantan sebagai batang bawah dan pohon durian non biji sebagai batang atas sehingga memiliki keunggulan lebih dibandingkan pohon durian pada umumnya, keunggulan tersebut diantaranya :

  • Bisa ditanam di mana saja (daerah panas, sedang maupun dingin, mulai tanah pantai s/d tanah pegunungan)
  • Bisa berbuah lebih cepat yaitu di usia 3 – 4 tahun ( awal buah rata-rata berat 5kg mencapai 11 buah sekali panen)
  • Berbuah tidak mengenal musim, 1 tahun bisa 3x panen (panen raya, panen campuran, panen susulan)
  • Dilengkapi dengan nutrisi organik, sehingga menghasilkan buah organik yang kwalitasnya terjamin
  • Ciri buahnya (besar 4 s/d 15kg per buah, kulit tipis, daging tebal, biji gepeng dan lepas dari daging, rasa manis, meduk, bau harum, warna mentega)
  • Harga buah di pasar stabil berkisar 30 ribu-80 ribu per kg.

Ilustrasi Hasil Panen Durian Master ?

Note :  Pohon Durian Master akan berbuah secara optimal setelah mencapai umur 3 – 4 tahun, dan semakin optimal pada umur diatas itu
.
Perhitungan untuk 1 kavling dengan 6 pohon durian master :
– 1 pohon durian berbuah minimal 30 buah
– 1 buah durian master @ 8 kg
– Dalam 1 tahun panen minimal 2x
– Harga jual Rp 50.000/kg ( utk end user bisa mencapai Rp 60.000 – Rp 70.000/kg )
– 6 pohon x 30 buah x 8 kg x 2 kali panen x Rp 50.000 = Rp 144.000.000/tahun

Perhitungan diatas belum termasuk kenaikan harga kavling per tahun nya.

Info Lengkap
Fasilitas Yang Tersedia
Kawasan Kavling Kebun Produktif Islami Pertama ​di Purwakarta

Kavling Sunnah Purwakarta memang dikonsep sebagai Kavling Kebun Produktif Sunnah Pertama di Purwakarta.
Selain keindahan view lokasinya, pengelola pun memberikan nilai tambah berupa sarana kebun buah naga dan buah durian, rumah kebun, area memanah & berkuda, masjid, rumah tahfidz dan klinik pengobatan sunnah serta fasilitas passive income bagi pemilik kavlingnya.

Kavling Siap Bangun Rumah Kebun
Kavling juga bisa dibangun rumah kebun dan telah kami siapkan vendor yang akan membantu anda melakukan pemesanan unit rumah kebun dengan harga terbaik.
Rumah kebun ini dapat anda sewakan kepada pengunjung kawasan dan dibantu pengelolaannya oleh developer

Bekerjasama dgn KMM Dompet Dhuafa
Alhamdulillah untuk pengelolaan perkebunan Buah Naga akan dibantu oleh tim dari KMM Dompet Dhuafa.
Sebagaimana diketahui tim ini telah berhasil membina petani di Subang dan lokasi lain, sehingga akan mempermudahkan dalam distribusi hasil pertanian nya.

Kavling Seluas 200m2 – Legalitas SHM
Kavling juga bisa dibangun rumah kebun dan telah kami siapkan vendor yang akan membantu anda melakukan pemesanan unit rumah kebun dengan harga terbaik.
Rumah kebun ini dapat anda sewakan kepada pengunjung kawasan dan dibantu pengelolaannya oleh developer.

PRICE LIST

Picture

Rumah Contoh di Kavling Sunnah Purwakarta

Site Plan Kavling Sunnah Purwakarta

Picture

Foto di Lokasi Kavling Sunnah Purwakarta

INFO GATHERING

Kabar baiknya, kami masih membuka peluang untuk memiliki kavling di Kavling Sunnah Purwakarta dengan harga 190jt (untuk harga Saat Gathering) dari harga normal 270t, alias DISKON 80jt lho.. Dan hanya utk berlaku utk sisa 21 kavling saja

Insha Allah Gathering ini akan kami laksanakan pada :

Hari      : Ahad
Tanggal: 29 Juli 2018
Waktu   Sesi 1 : 08.00 WIB s.d 11.00
Waktu   Sesi 2 : 13.00 WIB s.d 15.00
Lokasi   : Nirwana Gemilang Sejahtera
Ruko emerald Boulevard Blok AA1 No.3
Jl. Jombang Raya, Pondok Aren Tangerang Selatan

BIAYA Gathering GRATISS..! 

Silakan KLIK Tombol DAFTAR GATHERING di bawah ini

Daftar Gathering

 

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

$
0
0

Pengertian SPAP

SPAP adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI)

Sejarah SPAP , IAI berhasil menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA) yang mencakup : Tanggung jawab akuntan publik, Unsur-unsurnya adalah pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas pemeriksaan.

1982, Komite NPA melengkapi buku NPA dengan suplemen 1992, Komite NPA menambah suplemen No 1 sd No 12 dan Interpretasi No 1 sd No 2 1 Januari 2001 menerbitkan Standar Profesional Akuntan Publik POLITEKNIK NSC

Source: Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) – ppt download

Link Tutorial : IT-Software Development & QA Software Testing

$
0
0

Latar Belakang:

Pada tahun 2017-2018 yang lalu di salah satu perusahaan migas, saya berkesempatan diberi tugas untuk membantu Perusahaan melaksanakan kegiatan pengembangan aplikasi berbasis teknologi web (ASP.NET + RDBMS). Dalam rangka mengawasi dan mengontrol kontraktor dalam pengembangan aplikasi ini , maka saya harus membaca referensi terkait agar proses pengembangan aplikasi dapat terlaksana efektif dan aplikasi sesuai persyaratan/kebutuhan bisnis perusahaan.

Suatu saat di tahun 2019 saya juga mendapat tugas untuk membantu Project Team dalam Software Testing sebuah aplikasi yang sudah live dipakai Client. Tugas ini meliputi: Testing Planning, pembuatan Test Scenario/Test Case Suite, monitor progress fixing bug dan control bug close-out, dsb. Dalam memulai tugas ini, maka saya perlu membaca referensi terkait tentang Sotware Testing Management, Testing Tools, dsb.

Adalah URL/Link yang akan saya share berikut ini sangat bermanfaat dalam pelaksanaan tugas saya.

Tujuan/Objektif:

  • memahami berbagai jenis bahasa pemrograman untuk membangun Website
  • memahami tentang Software Testing Management

Beberapa Link/URL yang menyediakan Tutorial:

W3Schools Online Web Tutorials

 

W3Schools adalah situs yang menyediakan informasi tentang web development, meliputi tutorial dan referensi yang berkaitan dengan topik pengembangan web, seperti: HTML, CSS, JavaScript, PHP, SQL, JQuery, ASP, XML, Python, Java, dsb.
Catatan: Baik untuk dibaca bagi Anda yang baru mulai belajar cara membuat aplikasi berbasis teknologi web atau yang akan membuat website yang statis maupun dinamis.

Guru99

Link/URL: https://www.guru99.com/

Guru99 adalah pengalaman belajar yang benar-benar baru.

Di sini Anda belajar dengan latihan. Guru99 melakukan banyak upaya untuk menghilangkan kebosanan belajar dan menjadikan pendidikan sebagai pengalaman yang menyenangkan.

Di dalam, Anda akan menemukan banyak tutorial video.

Menurut saya, Tutorial di Guru99 – sangat lengkap!
  • Software Engineering
  • Web
  • SAP
  • AI
  • Big Data
  • Test Management
  • Tools
  • Project Management
  • Digital Marketing
  • Cloud Computing
  • Live Projects
  • Dsb.

Kita juga berkesempatan ikut bergabung misalnya untuk sotware testing dalam Live Projects. Di sini kita bisa mendapatkan email gratis dokumentasi project seperti dokumen SRS dan Test Scenario/Test Case Suite Template, dan lebih penting asistansi dari expert.

Demikian tulisan singkat saya sore ini.

Mudah-mudahan bermanfaat.


Introduction on Production Well Testing in Upstream Oil & Gas Measurement and Allocation

$
0
0

cats

Why Well Test ?

Reasons for Production Well Testing:

  • Regulatory/Statutory Requirements
  • Economics
  • Reservoir Management
  • Production Management

Application of production well test data :

  • For calculating production well test volumes and rates.
  • For use in measurement and back allocation.
  • For validation and update of well flow models and virtual flow metering

What? – Basic theory of Production Well Test

After well drilling is completed and equipped with sub-surface and surface facilities, the next activity is production well testing to find out the production flowrate of the well. Well testing is also carried out on old oil wells that are still in production to find out whether it is still efficient and effective for production, and what factors will arise, as well as steps that must be done in shortterm or longterm so that wells can successfully produce fluid.

Measurement of the results of well can be done by measuring the production output of thus well at the Collection Station or Tank.

The work activity of measuring the production of a well is called: Well Testing.

The well itself is called: Well under test, which is a well that is being appealed.

  • Well test (uji sumur) is one of the methods in petroleum engineering that is carried out to determine the causes of problems that occur in the wellbore, both oil reservoirs and gas reservoirs
  • The main purpose of a well test is to determine the ability of a formation to produce.
  • If the tests are carried out good and then the results are analyzed properly, a lot of very valuable information is obtained, such as effective fluid permeability, formation damage or repair around the wellbore due to drilling or during production, reservoir pressure, reservoir boundaries and drainage radius .

Picture5

Figure 1—Well Rate Determination Tree

Shown in Figure-1 above – is a well rate determination tree that summarizes the various methods for ascertaining well production rates and outlines the necessary equipment, techniques, and application.

 

Well Testing Methods

In this document, well testing is a well production testing job to find out production data from each well (oil, water and gas) per day. This data is important for Petroleum Engineers to analyze well and formation as a whole, whether the well is still producing good or requires a well service or workover job to maintain / increase the rate of production.

Well testing is carried out with 2 (two) methods, namely:

1) Manual Well Testing (MWT)

2) Automatic Well Testing (AWT)

 

Well Test – Requirements ?

Production well testing requirements are often cited in regulatory permits, commercial agreements, and operator’s policies. This can include test frequency and duration, and the use of the production well test measurement in well rate determination scenarios and/or allocations. The application of this document shall be in conformance with all applicable regulations, permits, and agreements.

All production well test requirements outlined in regulations, permits, or agreements shall be documented.

 

How? – Conducting a Production Well Test

Steps of Well Test :

  • Preparation,
  • Initiation and measurement,
  • Validation, and

Volume and rate calculations for separator, multiphase flow meter, and tank production well test systems

 

Picture10

Figure 6—Production Well Test Initiation and Measurement Workflow (API MPMS Chapter 20.5)

 

Controlled Operational Conditions Validation

It is important that the production well test is validated as representing a measurement of gas, oil, and water from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions. The operator should establish and document acceptance criteria for controlled operational conditions validation. The following list provides suggested acceptance criteria parameters for inclusion in controlled operational conditions validation of a production well test:

—   well isolation in the production well test system for the duration of the purge, flow pre-stabilization, and production well test measurement period;

—   purge times (volumes) sufficient to ensure representative single well flow at the measurement point;

—   demonstrated well flow stability for the duration of the production well test:

—   wellhead and/or bottomhole pressure relatively constant and within ±5 % of normal operating conditions,

—   wellhead and/or bottomhole temperature relatively constant and within ±5 % of normal operating conditions,

—   flow rate variation within ±5 % for each phase being tested,

—   watercut variation within ±5 %,

—   measured GOR variation within ±5 %,

—   minimum of 4 hours of stable flow.

—   fluid measurement obtained within the operating envelope of the measurement system;

—   no changes to equipment (e.g. chokes settings, artificial lift settings, chemical injections) for the duration of the production well test.

 

Production Well Test Measurement Uncertainty

 

Measurement in upstream production has a much higher level of uncertainty when compared to measurement at custody transfer conditions. For production well testing, oil is saturated with gas at production pressures and temperatures. Gas is saturated with hydrocarbon and water, and might include entrained liquids. Additionally, oil and water emulsions might be present. It is recognized that these conditions result in the elevated uncertainties relative to custody transfer, where treated gas and de-watered oil pumped from tmospheric tanks are measured.

Owing to the challenges of measurement in an upstream production environment, and the potential complexities of a production well test system, uncertainties associated with the individual phase (i.e. gas, oil, water) measurement results can range from as low as ±2 % to as high as ±10 % or greater. It is not the intent of this document to specify an uncertainty range acceptable for production well testing. However, the operator should evaluate the importance of the data and assign an acceptable tolerance on uncertainty accordingly.

 

Terms and Definition

  • Allocation – The mathematical process of determining the proportion of produced fluids from individual entities (zones, wells, fields, leases, or producing units) when compared to the total production from the entire system (reservoir, production system, and gathering systems) in order to determine value or ownership to attribute to each entity. (API MPMS Clause 3.1.2)
  • Production Well Test
    • The measurement of gas, oil, and water quantities from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions. (API MPMS 20.5 Clause 3.1.16)
    • Well Test (Uji Produksi sumur) adalah Pengukuran kemampuan produksi Reservoir. (PTK-062 Bab-I Pasal 5 Sub-pasal 5.53)

References:

Standard Best Practise:

Applicable Standards/Code/Regulationa/Best Practices in upstream oil & gas industry should be referenced for and will be used as the main basis for developing and implementing the Well Test Management, as below:

American Petroleum Institute (API) – Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS):

  • Chapter 20.1—Allocation Measurement;
  • Chapter 20.2—Production Allocation Measurement Using Single-phase Devices;
  • Chapter 20.3—Measurement of Multiphase Flow;
  • Chapter 5Recommended Practice for Application of Production Well Testing in Measurement and Allocation;
  • Chapter 8.1, Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products
  • Chapter 11.1, Temperature and Pressure Volume Correction Factors
  • API MPMS 5.3 : Metering Measurement of Liquid Hydrocarbon by Turbine Meters, Includes Addendum 1
  • API MPMS 14.3.1 : Manual of Petroleum Measurement Standards Chapter 14 Concentric, Square-Edged Orifice Meters Parts 1 – General Equations and Uncertainty Guidelines

ISO/IEC:

  • ISO/IEC 17025 —General requirements for the competence of testing and calibration laboratories;
  • ISO/IEC GUIDE 98-3:2008 (EN) —Uncertainty of Measurement;
  • ISO 5167-1 : Measurement of fluid flow
  • ISO 9001:2015 Quality Management System – Requirements
    • Clause 7.2 Competence
    • Clause 7.5 Documented information
    • Clause 8.1 Operational planning and control
    • Clause 7.1.5 : Monitoring and measuring resources
  • Directive 017 Measurement Requirement for OG, Release date: November 21, 2018 : Directive 017 consolidates, clarifies, and updates Alberta Energy Regulator (AER) requirements for measurement points used for AER accounting and reporting purposes, as well as those measurement points required for upstream petroleum facilities and some downstream pipeline operations under existing regulations.
  • Measurement Guideline for Upstream Oil and Gas Operations, Version 2.0 : November 2018

Local Regulations:

  • Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor : KEP. 250/MEN/V/2007 Tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional indonesia sektor industri minyak dan gas bumi serta panas bumi sub sektor industri minyak dan gas bumi hulu bidang produksi sub bidang operasi produksi
  • PP no 2 th 1989 : standar nasional untuk satuan ukuran
  • PTK-062 Manajemen Operasi Produksi Minyak Dan Gas Bumi;
  • Pedoman Pelaksanaan Operasi Produksi dan Pelaporan Arus Minyak Dan Gas Bumi (PUPO-PPAM);

 

Link/URL – Read More :

Manual Well Testing (MWT) in Upstream

$
0
0

cats

In this document, well testing is a well production testing job to find out production data from each well (oil, water and gas) per day. This data is important for Petroleum Engineers to analyze well and formation as a whole, whether the well is still producing good or requires a well service or workover job to maintain / increase the rate of production.

Well testing is carried out with 2 (two) methods, namely:

1) Manual Well Testing (MWT)

2) Automatic Well Testing (AWT)

 

Manual Well Testing (MWT)

This method is carried out by Operators using equipment mechanically. Well testing is done by flowing well production into a test separator / test tank for a certain period, then the Operator returns the flow of the well to the production pipeline after a certain time and measures the liquid in the tank (test tank) or reads the indicator level gauge as a result of testing. Based on the difference in level between ―”On” and ―”Off” test, it is obtained that the production of wells during the time span is determined by multiplying the results of the difference in liquid level by the factor of the tank size. In a test separator / test tank that equipped with a flow component and a water cut monitor (micro computer), the measurement of the volume of fluid produced during testing can be read at the flow meter (vortex meter, turbine or PD meter), and the water content can be read at the water cut meter (Agar / MFI).

Manual Well Testing Components:

  • Test header
  • Test line
  • Test tank
  • Test separator

Test Header – is an arrangement of several jumper lines and valves that are connected to each test line and production line. The function of the test header is to direct the flow of fluid from the well to the test facility or back to the production line.

Picture1

Picture 2- Test Header (Courtesy of Kementerian P&K RI)

Test Line – is a pipe (flow line) whose function is to channel fluid from the well to well testing facilities. The size of this test line varies according to needs: well distance with well testing facility and large production from wells. Examples: 3 “, 4”, 6 “and 8”.

Picture2

Picture3 – Test Line (Courtesy of Kementerian P&K RI)

Test Tank – is a storage vessel that has a certain size, volume, factor and capacity and is installed in the well testing facilities, to accommodate and measure fluid media during the well testing process.

Picture3

Picture 4- Test Tank (Courtesy of Kementerian P&K RI)

Test Separator – is a two-phase separator to separate the gas from the fluid produced by the well during well testing, because if the gas passes through the meter it can cause high reading. The test separator has a maximum / minimum pressure, temperature and certain capacity.

Picture4

Picture 5- Test Separator (Courtesy of Kementerian P&K RI)

Reference :

  • Oil Well Testing Handbook
  • Buku PK. TEKNIK PRODUKSI MIGAS Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. PROSES PRODUKSI MIGAS Semester 4, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. TEKNIK RESERVOIR DAN CADANGAN Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013

Documentation and Record Retention of Well Test Management

$
0
0

cats

Background:

Well testing provides a means of determining the production characteristics of a well. A well test can be conducted for a variety of reasons, including an evaluation of the productive potential of a well (incorporating wellbore flow capacity and reservoir limits), a measurement of the gas–oil ratio (GOR), a means to sample reservoir fluids, or some other specific item (refer to Annex A for a more detailed description of the various well tests for oil and gas wells).

For use in upstream measurement and allocation, a well test is referred to as a production well test and is defined as the fluid measurement of gas, oil, and water from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions.

In this document, well testing is a well production testing job to find out production data from each well (oil, water and gas) per day. This data is important for Petroleum Engineers to analyze well and formation as a whole, whether the well is still producing good or requires a well service or workover job to maintain / increase the rate of production.

Scope:

This document is to provide an introduction on the documentation of production well testing management for well rate determination in  production measurement and allocation.

Production well testing addressed in this document refers to measurement of gas, oil, and water quantities from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions.

The intent of this document is to provide operators with a consistent and transparent approach for conducting, applying, and managing production well testing within an upstream measurement and allocation system.

It is not intended to prescribe a particular production well test method, or particular application of production well test data use in allocation.

Well Testing Methods

In this document, well testing is a well production testing job to find out production data from each well (oil, water and gas) per day. This data is important for Petroleum Engineers to analyze well and formation as a whole, whether the well is still producing good or requires a well service or workover job to maintain / increase the rate of production.

Well testing is carried out with 2 (two) methods, namely:

1) Manual Well Testing (MWT)

2) Automatic Well Testing (AWT)

 

Well Test – Requirements ?

Production well testing requirements are often cited in regulatory permits, commercial agreements, and operator’s policies. This can include test frequency and duration, and the use of the production well test measurement in well rate determination scenarios and/or allocations. The application of this document shall be in conformance with all applicable regulations, permits, and agreements.

All production well test requirements outlined in regulations, permits, or agreements shall be documented.

 

How? – Conducting a Production Well Test

Steps of Well Test :

  • Preparation,
  • Initiation and measurement,
  • Validation, and
  • Volume and rate calculations for separator, multiphase flow meter, and tank production well test systems.

 

Documentation and Record Retention

Documentation is a definite reference for the application of Well Test Management so that it can maintain the consistency of the quality of the results of well test data and / or maintenance (calibration / zero check) of measuring instruments.

The company should have a documentation system that can be used to track each well test data.

  • Documentation includes:
    • Guidelines (Guideline)
    • Procedure (SOP / TKO)
    • Work Instruction (WI / TKI)
    • Forms / Records (Forms)
  • Some forms needed (not limited to):
    • Application for testing and / or calibration forms
    • Sample acceptance and distribution forms (examples)
    • Form analysis and / or measurement of examples
    • Test report form and / or zero check / calibration
    • Chemical inventory form
    • Inventory form measuring instruments (meters, field instruments) & laboratory equipment
    • Form PM measuring instruments

Documentation and record retention policies shall be instituted by the operator to provide an audit trail of the production well testing operation and results.

In addition to documented production well test requirements, recorded information and data should include:

  • process flow diagram(s) denoting all equipment and flow paths in the production well test system;
  • equipment list for the production well test system (e.g. meters, transmitters, samplers, analyzers, separators, etc.);
  • performance specifications associated with the production well test equipment (e.g. meter uncertainty);
  • established procedures associated with certification, calibration, verification, testing, and inspection of all production well test equipment;
  • established procedures for conducting the production well testing operation;
  • description of associated sampling methods, analysis, and frequency (all fluids);
  • applicable well-specific fluid property information (e.g. oil and gas compositions);
  • applicable well-specific equation of state (EOS) or fluid property correlations (PVT characterization);
  • software versions for all associated computer calculations;
  • historical accounting of previous production well tests;
  • acceptance criteria used to evaluate the production well tests;
  • contingency plans.

 

Develop the Well Test Operating Procedures

Procedures for conducting production well testing should be established and documented prior to production well testing operations. The procedures should include information relevant before and during the production well test, such as the sequence of events, equipment adjustments, data acquisition, and logging. In addition, pre-production well test activities such as fluids, production, and equipment verification steps should be included.

The well test operating procedure is made as a guide to the sequence of work that must be carried out before, during and after well testing takes place.

The production well test objectives should clearly define:

— production well test frequency, duration, and reporting;

— fluid sampling activities during production well testing;

— production well test use in well rate determination and production allocations;

— production well test use in well or reservoir evaluation.

 

This procedure is prepared based on the desired data type and type of equipment used.

  • Adequate Work Guidelines:
    • Operating procedures are made as instructions regarding the sequence of work that must be carried out before, during and after well testing takes place.
    • (includes production well test preparation, initiation, measurement, validation, and volume and rate calculations for separators, and multiphase flow meters)
      • Guidelines for a production well test,
      • Guidelines for calculating production well test volumes and rates, and
      • Guidelines for procedures for production well test data for use in measurement and allocation

According to the Company’s Operating Needs: This procedure is prepared based on the desired data type and type of equipment used

 

Develop the Procedure of Preventive Maintenance and Calibration – Well Test Tools

This procedure should includes (but not limited to):

  • Frequency of zero check (calibration) of measuring instruments
  • Implementation of Calibration (Zero Check)
  • Acceptance criteria for measuring accuracy & precision
  • Control the use of measuring instruments
  • Control of calibration records & PM / routine check
  • Indicators & Measures of Success:
    • All measuring instruments are calibrated properly proven by a valid calibration certificate / zero check report.
    • All measuring instruments function properly as evidenced by routine recording of PM / function checks.

 

References:

Standard Best Practise:

Applicable Standards/Code/Regulationa/Best Practices in upstream oil & gas industry should be referenced for and will be used as the main basis for developing and implementing the Well Test Management, as below:

American Petroleum Institute (API) – Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS):

  • Chapter 20.1—Allocation Measurement;
  • Chapter 20.2—Production Allocation Measurement Using Single-phase Devices;
  • Chapter 20.3—Measurement of Multiphase Flow;
  • Chapter 5Recommended Practice for Application of Production Well Testing in Measurement and Allocation;
  • Chapter 8.1, Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products
  • Chapter 11.1, Temperature and Pressure Volume Correction Factors
  • API MPMS 5.3 : Metering Measurement of Liquid Hydrocarbon by Turbine Meters, Includes Addendum 1
  • API MPMS 14.3.1 : Manual of Petroleum Measurement Standards Chapter 14 Concentric, Square-Edged Orifice Meters Parts 1 – General Equations and Uncertainty Guidelines

ISO/IEC:

  • ISO/IEC 17025 —General requirements for the competence of testing and calibration laboratories;
  • ISO/IEC GUIDE 98-3:2008 (EN) —Uncertainty of Measurement;
  • ISO 5167-1 : Measurement of fluid flow
  • ISO 9001:2015 Quality Management System – Requirements
    • Clause 7.2 Competence
    • Clause 7.5 Documented information
    • Clause 8.1 Operational planning and control
    • Clause 7.1.5 : Monitoring and measuring resources
  • Directive 017 Measurement Requirement for OG, Release date: November 21, 2018 : Directive 017 consolidates, clarifies, and updates Alberta Energy Regulator (AER) requirements for measurement points used for AER accounting and reporting purposes, as well as those measurement points required for upstream petroleum facilities and some downstream pipeline operations under existing regulations.
  • Measurement Guideline for Upstream Oil and Gas Operations, Version 2.0 : November 2018

Local Regulations:

  • Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor : KEP. 250/MEN/V/2007 Tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional indonesia sektor industri minyak dan gas bumi serta panas bumi sub sektor industri minyak dan gas bumi hulu bidang produksi sub bidang operasi produksi
  • PP no 2 th 1989 : standar nasional untuk satuan ukuran
  • PTK-062 Manajemen Operasi Produksi Minyak Dan Gas Bumi;
  • Pedoman Pelaksanaan Operasi Produksi dan Pelaporan Arus Minyak Dan Gas Bumi (PUPO-PPAM);

 

Additional Reading :

  • Oil Well Testing Handbook
  • Buku PK. TEKNIK PRODUKSI MIGAS Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. PROSES PRODUKSI MIGAS Semester 4, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. TEKNIK RESERVOIR DAN CADANGAN Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013

 

Link/URL – Read More :

Inspection and Test Plan for Piping Fabrication & Installation

$
0
0

cropped-oil-n-gas.png

On this occasion I will share examples of ITP documents for piping fabrication and installation in upstream oil and gas production operations.

 

Purpose

This inspection and test plan is intended to be used as a guide to control all work steps in term of and inspection on piping fabrication at workshop and piping instalation at Company site location. Assure that all inspection is performed according to the approved documents and for acceptance criteria. Ensure that all parties involved have clear responsibility for all work steps.

 

Scope

This document covers all works step of inspection and testing on piping fabrication at workshop and piping installation at Company site location for new piping spool, to repair the existing piping system in Company facility, performed by Technical Maintenance (TM) team or Contractor (CTR) at workshop and site location.

The material scope in this ITP covers material carbon steel only.

All specific NDT procedures such as RT Procedure, UT Procedure shall be prepared by NDT Company and approved by NDT Level III personal.

When any utility engaged with Company Bussines has their own ITP and/or procedures, it shall be submitted to company for review and approval prior used.

 

Reference

  1. ASME B31.3 Process Piping.
  2. ASME Code Section II Part A Ferrous Material Specification.
  3. ASME Code Section V Nondestructive Testing Qualification.
  4. ASME Code Section IX Welding and Welder Qualification.
  5. Project Procedures

 

Abbreviation

  1. AFC : Approved for Construction
  2. ASME : American Society Mechanical Engineer
  3. ASTM : American Standard Testing Material
  4. COM  : Company’s Commissionning Department
  5. CTR  : Contractor
  6. DPT : Dye Penetrant Testing
  7. MPI : Magnetic Particle Identification
  8. NACE : National American Corrosion Engineer
  9. OPS : Company’s Operation Department
  10. PMI : Positive Material Identification
  11. PQR  : Procedure Qualification Record
  12. QA/QC : Company’s Quality Assurance / Quality Control Department
  13. RT  : Radiography Testing
  14. UT : Ultrasonic Testing
  15. WPS : Welding Procedure Specification

 

Legend

H (Hold Point)

Work shall not be proceed without formal notification from the assigned Quality Representative from Company. A signature signifying involvement of the assigned Quality representative is required on the referenced Quality Record

W (Witness)

Personnel doing the work shall notify assigned Quality Representative from Company when the work is to be performed so that witnessing activities could take place. Work does not stop if signed Quality Representative is not present. A signature signifying involvement of the assigned quality representative is required on referenced Qaulity record.

M (Monitoring)

Verifying work and testing activities on an ongoing basis as deemed necessary, also known as patrol inspection or spot check.

R (Review)

Review of document such as procedure, drawing inspection and testing records etc, at a direction of Company.

 P (Perform)

Perform or provide or prepare or execute the inspection point

 A (Approved)

Defined as acceptance/approving of an plan or action after review or confirm documents.

 

Free Download:

The ITP document in MS Word format can be downloaded at the following URL:

SAMPLE_TEMPLATE_ITP for PIPING Fabrication and Installation

 

Hopefully useful!

Assessment of Production Well Testing in Upstream

$
0
0

cats

Background:

Are you facing with the following issue?

  • Presumed to exist of Free Water on Terminal (FSO) may leading to un-monetized quantity although Water Cut Data from Production Well Test of each well and BS&W Analysis were reported within the Company specification/requirements.
  • Doubt with activity and accuracy of data well test
  • When you find out that wells are producing severely lower than previous tests or maybe the rate is higher than what was the forecasts says.
  • Others issue related with well test

First thing before any judgments about well or reservoir behavior, you should suspect measurement instruments and control system. You need to communicate with instrument and system technicians to find the likely source of error and rectify it. Most of the time you cannot just say the transmitter is wrongly calibrated and all of sudden they find the problem and everything get back on track.

As production engineer, you need to be familiar with production well test management, some standards, and apparatus to be able to check the calibration and communicate with oepartor and/or technicians to find and solve the problem.

Although preferred, continuous direct measurement of well production for use in upstream measurement and allocation is usually not a practical option for most operators. Periodic direct measurement is achievable, however, and can be used for determining applicable well rates. Thus, the periodic direct measurement, or well test, becomes an integral activity in upstream measurement and allocation.

Well testing provides a means of determining the production characteristics of a well. A well test can be conducted for a variety of reasons, including an evaluation of the productive potential of a well (incorporating wellbore flow capacity and reservoir limits), a measurement of the gas–oil ratio (GOR), a means to sample reservoir fluids, or some other specific item (refer to Annex A for a more detailed description of the various well tests for oil and gas wells).

For use in upstream measurement and allocation, a well test is referred to as a production well test and is defined as the fluid measurement of gas, oil, and water from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions.

 

Scope:

This document is to provide an introduction on the application of production well testing for well rate determination in  production measurement and allocation.

Production well testing addressed in this document refers to measurement of gas, oil, and water quantities from a single well during a specified length of time under controlled operational conditions.

 

Objectives:

  • To carry out assessment of production well testing;
  • To understand current state and gaps of Well Test Management before designing future state;
  • To provide recommendations based on identified gaps for future state on Well Test Management (Data-People-Process-Asset) in the aims to Realize the Company on Upstream Operation Excellent in Safe, Reliable and Sustain by apply the continuous improvement;

 

Purposes:

  • For developing the Production Well Test Management – gap analysis protocol/checklist;
  • To study the Uncertainty of Data Well Test;
  • To evaluate Maintenance of measuring equipments (MPFM & Separator Test);
  • To review People and organization including Competency, Schedule, RACI;
  • Review and improve Well Test Process/activity – including business process work flow, written policy, procedures, and standard forms/template;
  • Recommendations for improvement (current state to future state);

 

Well Testing Methods

In this document, well testing is a well production testing job to find out production data from each well (oil, water and gas) per day. This data is important for Petroleum Engineers to analyze well and formation as a whole, whether the well is still producing good or requires a well service or workover job to maintain / increase the rate of production.

Well testing is carried out with 2 (two) methods, namely:

1) Manual Well Testing (MWT)

2) Automatic Well Testing (AWT)

 

Typical Assessment Activity Chart of Well Test

The typical activity flow chart for conducting assessment of well test is given in following figure:

Picture9

 

Typical Procedure for Conducting Assessment on Well Test Management

Typical procedure/steps and/or report outline of Assessment on well test is given ass below:

  1. Background
  2. Purpose
  3. Scope
  4. Definitions
  5. Procedures and Responsibilities

5.1. Declaring Management Commitment

5.2. Defining Scope of Assessment

5.3. Organizing Assessment Team Member

5.4. Planning and Scheduling Assessment

5.5. Establishing Agenda of Assessment

5.6. Establishing Assessment Protocol and Tool

5.7. Preparing Documentations for Effective Assessment

5.8. Recording Assessment Observation and Findings

5.9. Analyzing Data, Concluding Result, Recommending Improvement

5.10. Developing, Issuing, and Socializing Assessment Report

5.11. Management of Assessment Recommendations

  1. Verification
  2. References
  3. Document Control and Revision Log
  4. Appendices

 

Typical Flowchart for Consultant to conduct assessment of Well Test is given below:

Picture8

References:

Standard Best Practise:

Applicable Standards/Code/Regulationa/Best Practices in upstream oil & gas industry should be referenced for and will be used as the main basis for developing and implementing the Well Test Management, as below:

American Petroleum Institute (API) – Manual of Petroleum Measurement Standards (MPMS):

  • Chapter 20.1—Allocation Measurement;
  • Chapter 20.2—Production Allocation Measurement Using Single-phase Devices;
  • Chapter 20.3—Measurement of Multiphase Flow;
  • Chapter 5Recommended Practice for Application of Production Well Testing in Measurement and Allocation;
  • Chapter 8.1, Standard Practice for Manual Sampling of Petroleum and Petroleum Products
  • Chapter 11.1, Temperature and Pressure Volume Correction Factors
  • API MPMS 5.3 : Metering Measurement of Liquid Hydrocarbon by Turbine Meters, Includes Addendum 1
  • API MPMS 14.3.1 : Manual of Petroleum Measurement Standards Chapter 14 Concentric, Square-Edged Orifice Meters Parts 1 – General Equations and Uncertainty Guidelines

American Petroleum Institute (API)

  • API 6D :Specification for Pipeline Valves
  • API RP 14C : Analysis, design, installation, and testing of basic surface Safety systems for offshore production platforms
  • API RP 551 : Process measurement instrumentation

American Gas Association (AGA)

  • AGA Report 3 : Orifice metering of natural gas
  • AGA Report 5 : Natural gas energy measurement
  • AGA Report 8 : Compressibility factor of Natural Gas & Related Hydrocarbon Gases
  • AGA Report 9 : Measurement of gas by multipath ultrasonic meters

American Society for Testing and Material (ASTM)

  • ASTM D 1085 : Standards method of gauging petroleum and petroleum Products
  • ASTM D1796— Standard Test Method for Water and Sediment in Fuel Oils by the Centrifuge Method;

ISO/IEC:

  • ISO/IEC 17025 —General requirements for the competence of testing and calibration laboratories;
  • ISO/IEC GUIDE 98-3:2008 (EN) —Uncertainty of Measurement;
  • ISO 5167-1 : Measurement of fluid flow
  • ISO 9001:2015 Quality Management System – Requirements
    • Clause 7.2 Competence
    • Clause 7.5 Documented information
    • Clause 8.1 Operational planning and control
    • Clause 7.1.5 : Monitoring and measuring resources

Directive 017 Measurement Requirement for OG, Release date: November 21, 2018 : Directive 017 consolidates, clarifies, and updates Alberta Energy Regulator (AER) requirements for measurement points used for AER accounting and reporting purposes, as well as those measurement points required for upstream petroleum facilities and some downstream pipeline operations under existing regulations.

Measurement Guideline for Upstream Oil and Gas Operations, Version 2.0 : November 2018

Local Regulations:

  • Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor : KEP. 250/MEN/V/2007 Tentang penetapan standar kompetensi kerja nasional indonesia sektor industri minyak dan gas bumi serta panas bumi sub sektor industri minyak dan gas bumi hulu bidang produksi sub bidang operasi produksi
  • PP no 2 th 1989 : standar nasional untuk satuan ukuran
  • PTK-062 Manajemen Operasi Produksi Minyak Dan Gas Bumi;
  • Pedoman Pelaksanaan Operasi Produksi dan Pelaporan Arus Minyak Dan Gas Bumi (PUPO-PPAM);
  • Other relevant documents;

 

Additional Reading :

  • Oil Well Testing Handbook
  • Buku PK. TEKNIK PRODUKSI MIGAS Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. PROSES PRODUKSI MIGAS Semester 4, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013
  • Buku PK. TEKNIK RESERVOIR DAN CADANGAN Semester 3, terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, th 2013

 

Link/URL – Read More :

 

Pemikiran Berbasis Risiko pada SMM/QMS SNI/ISO 9001:2015

$
0
0
activity blueprint building building site

Photo by Fancycrave.com on Pexels.com

Latar Belakang:

Dewasa ini sektor jasa mengalami peningkatan yang dramatis yang dikenal sebagai “great leap forward” atau kemajuan yang luar biasa dalam dunia jasa (Ratnasari dan Aksa, 2011:1). Peningkatan ini menuntut industri jasa agar menerapkan standar internasional sebagai bukti bahwa perusahaan mampu menghasilkan jasa yang berkualitas. Penggunaan standar tersebut juga dapat membantu perusahaan meningkatkan daya saingnya.

Untuk mendapatkan manfaat dari penerapan QMS ISO 9001, adalah sangat penting memahami konsep Pemikiran Berbasis Risiko pada QMS SNI/ISO 9001:2015 … Read More >>>

Tujuan:

  • Menjelaskan konsep Pemikiran Berbasis Risiko pada QMS SNI/ISO 9001:2015

 

Outline:

  • Mengapa Pemikiran Berbasis Risiko?
  • Apa yang dimaksud konsep Pemikiran Berbasis Risiko?
  • Apa Klausul dalam SNI/ISO 9001:2015 berkenaan Risiko & Peluang?
  • Integrasi antara Pemikiran Berbasis Risiko, Manajemen Mutu dan Pendekatan Proses?
  • Apa yang Harus Dilakukan?

 

Terms/Definition:

  • SMM – Sistem Manajemen Mutu
  • QMS – Quality Management System

 

Referensi:

SNI/ISO 9001:2015 Sistem manajemen mutu – Persyaratan, berkenaan Risiko & Peluang:

  • Pendahuluan – penjelasan konsep berpikir berbasis risiko
  • Klausul 4 – organisasi harus menentukan proses-proses SMM-nya dan menangani risiko dan peluangnya
  • Klausul 5 – manajemen puncak harus :
    • Memajukan kesadaran mengenai berpikir berbasis risiko
    • Menentukan dan menangani risiko dan peluang yang dapat mempengaruhi kesesuaian produk /jasa
  • Klausul 6 – organisasi harus mengidentifikasi risiko dan peluang menyangkut kinerja SMM dan mengambil tindakan yang sesuai untuk menanganinya
  • Klausul 7 – organisasi harus menentukan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan
  • Klausul 8 – organisasi harus mengelola proses-proses operasionalnya
  • Klausul 9 – organisasi harus memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi efektifitas dari tindakan yang diambil untuk menangani risiko dan peluang
  • Klausul 10 – organisasi harus mengoreksi, mencegah atau mengurangi efek yang tidak diinginkan dan memperbaiki SMM dan meng-update risiko dan peluang

 

Mengapa menerapkan Pemikiran Berbasis Risiko?

  • memperbaiki tata kelola
  • membangun budaya proaktif terhadap perbaikan
  • membantu penaatan
  • memastikan konsistensi mutu produk dan jasa
  • meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

 

Apa yang dimaksud Konsep Pemikiran Berbasis Risiko?

  • Pemikiran berbasis risiko memastikan bahwa risiko dipertimbangkan dari awal sampai akhir
  • Pemikiran berbasis risiko menjadikan tindakan pencegahan bagian dari perencanaan strategis dan operasional

 

Apa yang Dimaksud Risiko?

Risiko adalah kemungkinan peristiwa atau aktivitas yang menghalangi pencapaian sasaran strategis dan operasional suatu Organisasi.

“Risiko adalah kemungkinan adanya kejadian yang ditimbulkan oleh ketidakpastian di masa datang dan dapat menimbulkan dampak positif (opportunity) maupun dampak negatif (risk) dalam mencapai tujuan perusahaan” .

Risiko dapat didefinisikan dengan dua parameter:

  • Keparahan: Ini adalah Keseriusan dari bahaya
  • Peluang: Ini adalah Peluang bahaya akan terjadi

Penilaian Risiko dapat dilakukan secara:

  • Kuantitatif
  • Kualitatif

 

Catatan Risiko / Risk Register ?

Catatan risiko sangat penting karena berisi catatan mengenai risiko  yang teridentifikasi, besarnya, dan tindakan yang harus diambil.

Dapat berupa dokumen yang sederhana, spreadsheet, atau sistem database, tetapi format yang paling efektif adalah yang berupa tabel.

Tabel menyajikan banyak sekali informasi hanya dalam beberapa halaman.

 

Bagaimana integrasi antara Manajemen Mutu, Pemikiran Berbasis Risiko dan Pendekatan Proses ?

Salah satu perubahan penting pada edisi baru standar manajemen mutu ISO 9001:2015 Quality management systems — Requirements adalah standar ini menerapkan pendekatan proses (process approach), yang menggabungkan siklus “Rencana – Lakukan – Periksa – Tindaki” (PDCA) dan “pemikiran berbasis risiko” (risk-based thinking, RBT).

  • Pendekatan proses membantu organisasi untuk merencanakan proses dan interaksinya.
  • Siklus PDCA membantu organisasi untuk memastikan bahwa proses yang dikelola dengan sumber daya yang memadai dan peluang untuk peningkatan ditentukan dan dilaksanakan.
  • Pemikiran berbasis risiko membantu organisasi untuk menentukan faktor yang dapat menyebabkan proses dan sistem manajemen mutunya menyimpang dari hasil yang direncanakan, menempatkan pengendalian pencegahan untuk mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan penggunaan peluang yang timbul (lihat klausul A.4)

Pendekatan proses melibatkan definisi sistematik dan pengelolaan proses, serta interaksinya, agar supaya hasil yang diinginkan tercapai sesuai dengan kebijakan mutu dan arahan stratejik dari organisasi. Proses dan sistem manajemen sebagai keseluruhan dapat dicapai dengan menggunakan siklus PDCA dengan fokus keseluruhan pada pemikiran berbasis risiko yang ditujukan untuk mengambil keuntungan dari peluang dan mencegah hasil yang tidak diinginkan.

ISO 9001:2015 mencantumkan persyaratan bagi organisasi untuk memahami konteksnya (Klausul 4.1) dan menentukan risiko sebagai dasar perencanaan (Klausul 6.1). Hal ini menunjukkan penerapan konsep Pemikiran Berbasis Risiko  dalam perencanaan dan penerapan proses QMS (Klausul 4.4) serta akan membantu menentukan cakupan informasi terdokumentasi (documented information).

Penerapan Pemikiran Berbasis Risiko  di dalam ISO 9001:2015 memungkinkan penghematan di dalam persyaratan preskriptif yang digantikan dengan persyaratan berbasis kinerja. Ini menimbulkan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan ISO 9001:2008 dalam hal persyaratan proses, informasi terdokumentasi, serta tanggung jawab organisasi.

Walaupun Klausul 6.1 menyebutkan bahwa organisasi harus merencanakan kegiatan untuk menangani risiko, tidak ada persyaratan untuk metode formal bagi manajemen risiko atau proses manajemen risiko yang terdokumentasi. Organisasi dapat memutuskan untuk akan atau tidak akan mengembangkan metodologi manajemen risiko yang lebih ekstensif daripada yang dipersyaratkan pada ISO 9001:2015, misalnya melalui penerapan suatu pedoman atau standar manajemen risiko seperti ISO 31000:2009.

Tidak semua proses pada QMS memiliki tingkat risiko yang sama dalam kaitannya dengan kemampuan organisasi untuk mencapai sasaran. Dampak ketidakpastian pun tidak sama terhadap semua organisasi. Sesuai dengan Klausul 6.1, organisasi bertanggung jawab terhadap penerapan Pemikiran Berbasis Risiko  serta tindakan yang diambil untuk menangani risiko, termasuk keputusan untuk menyimpan informasi terdokumentasi sebagai bukti tindakan terhadap risiko.

 

Apa yang Harus Dilakukan?

  • Identifikasi apa risiko anda – tergantung pada konteks organisasi
  • Gunakan pemikiran berbasis risiko untuk menentukan prioritas cara anda mengelola proses-proses anda
  • ISO 9001:2015 tidak membutuhkan manajemen risiko yang formal
  • ISO 31000 Manajemen risiko — Prinsip dan pedoman merupakan rujukan yang bermanfaat (namun tidak wajib)
  • Analisis dan tentukan prioritas risiko anda
  • apa yang dapat diterima?
  • apa yang tidak dapat diterima?
  • Rencanakan tindakan untuk menangani risiko
    • bagaimana saya dapat menghindari atau menghilangkan risiko ?
    • bagaimana saya dapat mengurangi risiko ?
  • Implementasikan rencana – ambil tindakan
  • Periksa efektifitas tindakan – berhasil?
  • Belajar dari pengalaman – perbaikan terus-menerus

 

Referensi/Read More :

Tombori River Walk Experience.


Cooling Fan Radiator CBR250R

$
0
0

Image2019-10-01 at 16.37.08

Petang hari Jumat hari lalu saat berkendara CBR250R di keramaian lalu lintas, tak disengaja saya melihat ke panel indikator temperatur motor saya.

Hampir tak percaya, tampak 5 bar -tanda temperatur mesin motor saya cenderung tinggi dibanding biasanya hanya 3 bar.

Saya berusaha untuk meredam panas mesin dengan cara melajukan motor agak kencang saat jalanan lenggang, lalu gas saya kendurkan lagi untuk turunkan putaran mesin rendah – dan saya tekan kopling, agar radiator dapat tiupan angin kencang untuk mendinginkan. Hal ini lumayan manfaat saat situasi ‘darurat’. Tapi saat sudah 6 bar, saya langsung cari tempat aman untuk berhenti dan istirahat menunggu sampai mesin dingin.

Saya jadi teringat, sejak minggu lalu saat saya perhatikan ketika pagi hari akan parkir di kantor, cooling fan saya tidak menunjukan tanda2 berputar. Saya menyangka sistem pendinginan mesin saya makin bagus. Ternyata dinamo/motor penggerak cooling fan motor saya sudah rusak dan harus segera diganti.

Beli spare part Cooling Fan/Dinamo Kipas Radiator CBR250R dimana ya?

Karena menghadapi masalah di atas ini, saya jadi berusaha beli Cooling Fan secara offline dan online.

Saya datangi beberapa bengkel resmi, tapi sayang tidak ada yang ready stock spare part ini.

Saat ke salah satu bengkel , saya iseng tanya teknisinya, biasanya kemana ya beli spare part kayak gini? Dikasih petunjuk ke pusat spare part di seberang sebuah rumah sakit di Jl Dewi Sartika, Tapi sebelum sampai di tujuan, saya mampir lagi di bengkel resmi yang agak besar. Di sana saya dibantu karyawan bagian spare-part telpon cek stok, ternyata dia tanya stoknya ke pusat spare-part yang akan saya kunjungi. Tapi sayang, stok kosong. Di sana saya coba tanya lagi dimana lagi ada toko spare part agak lengkap? Dikasih petunjuk di dekat stasiun pasar minggu ada toko spare part besar. Saya langsung ke lokasi, tapi juga sedang kosong stoknya.

Saya sempat mampir lagi di bengkel resmi yang saya lewati, dan teknisi mengingatkan saya agar sebaiknya tidak mengendarai motor saya sebelum ganti cooling fan radiator sebab jika sampai over-heat dan turun mesin, spare-part motor ini sepertinya tidak ready-stock dan harus indent.

Sampai di kantor, saya lanjutkan googling mencari info tentang spare-part ini, pengalaman orang lain, dan cari tokoonline yang menjualnya. Saya periksa satu-persatu lalu saya chat dengan beberapa pedagang.

Puji syukur akhirnya saya cocok dan deal ke salah satu toko sebab konfirmasi ada stoknya, membaca bahwa toko ini sudah buka sejak 15th lalu. Lalu pulang kantor sayapun langsung meluncur ke sana dan langsung minta dipasang. Senang akhirnya cooling fan sudah diganti yang baru dan sebelum ditutup cover body, saya minta diuji dulu kipasnya berfungsi baik.

Ini saya sharing Link toko/bengkelnya: Toko spare-part motor di Jakarta Barat

Lega rasanya kendaraan sehari-hari untuk pulang-pergi kerja sudah normal lagi.

Mudah-mudahan awet dan handal spare part yang ini.

Semoga bermanfaat sharing saya ini khususnya buat teman-teman pengendara CBR250R.

Link terkait:

 

 

Viewing all 96 articles
Browse latest View live